Minggu, 30 Agustus 2009

Ibadah ; Jalan Rezeki Utama

Semula banyak orang berfikir bahwa hasil usaha dia adalah seukuran kerja, seukuran usaha, seukuran proyek, seukuran dagangan atau seukuran modalnya. Begitulah selama ini fikiran kita bekerja. Tidak pernah terfikirkan bahwa hasil usaha bisa diperbesar lewat jalan ibadah, dan jalan usaha bisa diperluas lewat jalan ibadah.
Banyak diantara kita yang tidak berani berfikir bahwa jalan ibadah bisa menambah dan memperluas rezeki. Padahal Al-Qur’an menyampaikan, ”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan permulaan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang bathil .....”. (QS Al-Baqarah : 185)
Petunjuk menurut ayat diatas termasuk petunjuk untuk mencari rezeki dari yang Maha Memiliki segala perbendaharaan rezeki.
Ada wacana ”Ibadah itu harus Ikhlas, tidak boleh beribadah karena dunia-Nya, harus karena wajah-Nya semata”, Firman Allah : ”Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS Al-An’am : 162)
Kalau kalimatnya seperti itu, siapa yang berani memberikan kritik. Namun orang-orang mencari dunia milik Allah lewat jalan ibadahpun tidak mesti juga serta merta dikatakan tidak ikhlas. Bagaimana kalau mereka secara cerdas memisahkan antara keikhlasan dalam ibadah dan do’a, memisahkan keikhlasan amal dan harapan. Artinya ketika mereka menjalankan ibadah, mereka tahu dengan ilmunya bahwa dengan beribadah, dunia akan Allah dekatkan, tapi pada saat yang sama, mereka beribadah sepenuh hati kepada Allah. Harapan pun dia gantungkan semata hanya kepada Allah. Bahwa dia menempuh jalan ibadah, sebab karena Allah dan Rasul-Nya memberi petunjuk demikian. Karenanya, harus percaya dan mengikutinya.
Firman Allah : ”Katakanlah, Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS Al-A’raf : 158)
Contoh salah satu bentuk ibadah adalah sedekah. Lalu Allah memberitahu bahwa kalau sedang disempitkan rezekinya, bersedekahlah. Nanti Allah akan buat apa-apa yang sulit, jadi mudah. Firman-Nya : ”Dan orang-orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. (QS Ath-Thalaq : 7)
Kalau kita sedang diberi nikmat kesulitan, percaya dan berkenan mengikuti dengan harapan agar benar-benar kesulitan kita dimudahkan Allah. Jalan-Nya yaitu jalan sedekah.
Salahkah kita ? Apakah kita disebut tidak ikhlas hanya karena beribadah karena berharap akan kebenaran janji-Nya.
Sedekah, shalat malam, memberi makan anak yatim, menyenangkan hati yang berduka adalah termasuk sebagai ibadah. Bila ibadah diperbaiki, maka kehidupan pun akan menjadi lebih baik lagi. Namun bila ibadah buruk yang akan terhidang, ibadah biasa saja, hidup pun akan biasa saja. Tidak ada istimewanya bagi yang tidak mengistimewakan Allah.
Bila nampak dunia yang bagus, tapi ditangan orang-orang yang tidak rajin ibadah, jangan buru-buru silau. Kiranya itulah kebaikan dari Allah, barangkali sebab ilmu dunia dan usaha orang itu sendiri. Namun dia hanya memiliki dunia-Nya, tidak memiliki keridhaan-Nya. Alangkah indahnya bila seseorang memiliki dunia dan juga memiliki Allah sebagai pemilik dunia. Itu bisa ditempuh dengan satu ayunan langkah ; ibadah. Tentu dengan memperluas seluruh cakupan ibadah yang dimaksud sebagai seluruh gerakan, rasa dan pikiran seorang hamba kepada Sang Khaliq.
Ibadah merupakan ikhtiar juga. Karena ia adalah pekerjaan yang membutuhkan kesediaan waktu, energi, biaya dan lain sebagainya. Inilah yang disebut bekerja dengan Allah dan untuk Allah.
Untuk bisa shalat malam kita harus lembur, mengorbankan waktu kita walau sekedar dua rakaat. Malah tidak sedikit yang menganggap pekerjaan tahajjud sebagai pekerjaan yang nambah beban keletihan setelah sepanjang hari bekerja. Padahal sekedar dua rakaat saja shalat tahajjud, ternyata bayarannya jauh lebih besar dari pada seorang karyawan bekerja seharian penuh. Mengapa, sebagai karyawan bekerja di siang hari dia bekerja untuk manusia. Sedang diwaktu malam, dia shalat malam, Allah menghitungnya sebagai ibadah. Ibadah artinya menghamba kepada Allah, maka pasti Allah akan ganti yang lebih besar daripada bekerja kepada manusia.
Siapa yang shalat malam dua rakaat maka Allah ganti dengan khoirum minad dunya wa maa fiihaa, maka lebih baik pahalanya (kebaikannya) disisi Allah daripada dunia dengan segala isinya.
Dalam mengerjakan ibadah, mengapa pula dapat membuat kita menjadi berkah? Sebab ada mata rantai ekonomi yang terjadi dalam satu praktek ibadah, sebut saja memberi makan anak yatim, bersedekah, shalat bersama anak yatim, banyak sekali rantai ekonomi yang terbangun dengan sendirinya, membeli makanan, menggunakan jasa tranportasi untuk kepasar dan untuk mengangkut anak-anak yatim, menyediakan pakaiannya dan masih banyak lagi.
Didunia ini ada dua pasar yang tidak ada matinya, yaitu pasar disekitar masjidil Haram di Mekkah dan pasar di sekitar masjid Nabawi di Madinah, dua-duanya hidup 24 jam. Mengapa demikian ? Sebab masjidnya hidup 24 jam, tidak ada matinya, karenanya seluruh rangkaian mata rantai ekonomi terbangun dan hidup pula, bisnis maskapai penerbangan, bisnis katering, bisnis perhotelan, bisnis pakaian dan lain-lain. Bahkan berkahnya dirasakan juga oleh negara lain ; Indonesia misalnya, jaringan hotel yang menjadi penginapan transit jama’ah, pesawat garuda dan seluruh keluarga besar karyawannya, katering lokal, transportasi bus yang mengangkut jama’ah dan pengiringnya ke bandara, produsen bahan pakaian dan aksesoris haji dan umroh, distributor bensin dan sebagainya. Apalagi kalau manusianya mau menjadikan segala sesuatu yang kita kerjakan sebagai jalan-jalan ibadah kepada-Nya, maka Allah akan betul-betul akan membayar kita dengan ridlo dan keberkahan-Nya. Amiin.
Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar