Jumat, 20 Maret 2009

Iman dan Taqwa yang berharga disisi Allah


Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Kita selalu memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kita semua masih diberi kesehatan untuk melaksanakan perintah-Nya, yaitu untuk Shalat Jum’at di masjid yang mulia ini, mudah-mudahan apa yang kita laksanakan mendapat ridho dari Allah SWT.

Tidak lupa pula sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya, yang mana Beliau telah membawa kita dari alam yang gelap (jahiliyah), ke alam yang terang benderang, seperti yang kita rasakan sekarang ini. Mudah-mudahan kita selalu dalam keadaan Iman dan Islam. Amin ya robbal ‘alamin.

Mengawali khutbah ada siang hari ini marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Untuk itu marilah kita sejenak memperhatikan uraian khutbah dengan judul : “Iman dan Taqwa yang berharga disisi Allah “.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Mentaati perintah Allah semata-mata taqwa kepada-Nya merupakan tujuan kita yang sangat mulia sebagai hamba Allah, sungguh beruntung dan berbahagia orang yang taat kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, dan sebaliknya merugilah orang yang maksiat kepada Allah dan mendurhakai-Nya.

Marilah kita tanamkan lebih dalam lagi nilai-nilai ketaqwaan itu didalam jiwa kita, sehingga setiap ucapan dan perilaku yang kita lakukan terpancar cahaya batin yang bersih, dalam bimbingan Allah Yang Maha Kasih. Disamping itu, nilai-nilai tersebut juga kita tanamkan dalam jiwa keluarga kita sebagai benteng agar terhindar dan selamat dari siksa neraka. Karena dalam hidup ini, baik dalam keadaan suka maupun duka, senang maupun susah, itu adalah cobaan dan ujian dari Allah, untuk menguji keimanan dan ketaqwaan hamba-Nya, karena iman itulah yang berharga disisi Allah SWT.

Tanggung jawab yang paling mendasar dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini adalah membangun diri dan keluarga dengan moralitas agama, sebagai wujud dari upaya untuk menjaga dan membentengi diri serta keluarga dari siksa api neraka.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.

Berpijak dari ayat tersebut, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga diri dan keluarga kita dari siksa api neraka. Senantiasa mengoreksi diri, apakah tanggung jawab itu sudah kita laksanakan dengan baik, atau malah sebaliknya, justru selama ini kita disibukkan oleh urusan-urusan lain, yang sama sekali tidak bersentuhan dengan pesan ayat-ayat tersebut. Allah SWT. Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya, dan amat tegas kepada orang-orang ingkar dan mendurhakai-Nya.

Sebagaimana dijelaskan dalam dialog Nabi Musa AS. dengan Allah SWT. Nabi Musa AS. berkata : “Ya… Allah Engkau mempunyai sifat kasih sayang kepada semua umat manusia didunia ini, tetapi mengapakah dihari kemudian nanti ada yang Engkau masukkan kedalam Neraka?”

Jawab Allah SWT. : “Ya Musa, untuk ini aku minta supaya Engkau bercocok tanam dahulu”.

Nabi Musa AS. tidak membantah, lalu bercocok tanam, yaitu menanam gandum, maka setelah pohon gandum itu berbuah dipetiklah buahnya, dalam waktu yang lama. Maka selesailah Nabi Musa memetik buahnya, lalu Allah SWT. mengajukan pertanyaan kepada Nabi Musa. “Adakah sesuatu yang Engkau tidak ambil hasil tanamanmu hai Musa? Ada ya Allah, jawab Musa. Allah berfirman : “Coba Engkau terangkan.” Musa menjawab : “Adapun gandum yang berisi saya petik dan saya simpan karena dimanfaatkan, dapat dibuat bibit dan sebagainya. Namun gandum yang gubuk (kosong) tidak berisi saya buang dan saya bakar karena tidak ada manfaatnya.

Jawab Allah : ”Ya… Musa, demikian pula Aku, manusia yang tidak beriman, yang hatinya kosong dari pada Iman, adalah seperti gandum yang gubuk itu, karena mereka kosong dari pada iman, dia tidak mau tunduk kepada-Ku, maka iman itulah yang berharga disisi-Ku. Karena iman itulah ia taqwa kepada-Ku. Kepada mereka yang kosong dadanya dari pada iman adalah tempatnya dalam neraka, menjadi umpan api neraka, demikian Aku lakukan. Kata Allah kepada orang yang berbuat mungkar.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Dari dialog Nabi Musa diatas dapat kita ambil hikmah dalam kehidupan ini, bahwa iman dan taqwalah yang paling berharga disisi Allah SWT. Oleh karena itu, disamping kita meningkatkan ketaqwaan kepada Allah, maka perlu sekali untuk menegakkan amar makruf dan mencegah amar mungkar. Dirasa perlu untuk menganjurkan kebaikan dan melarang kemungkaran. Menyampaikan hal-hal yang baik dan melarang perbuatan keji. Sebab yang baik selamanya bermanfaat, dan yang keji selamanya membahayakan.

Allah Maha Pemurah, dermawan adalah sifatnya, sebagaimana hidup adalah sifatnya dia Maha Melihat, Dia Maha Membari, memberi ampun lebih disukai dari pada menghukum. Allah menyediakan neraka untuk yang bersalah, tetapi bukan merupakan kekejaman, melainkan karena keadilan semata.

Allah SWT. selalu memberi tuntunan melalui para Rasul-Nya agar manusia jangan menempuh jalan yang salah. Peringatan Allah tentang siksaan Neraka ibarat rambu-rambu yang dipasang polisi disetiap simpangan atau tepi jalan yang berbahaya. Misalnya kita menjumpai rambu-rambu jalan menanjak dan licin. Apabila sopir, mengabaikan peringatan itu, maka mobinya akan selip atau terperosok ke jurang. Siapakah yang salah ? sopir itu sendirilah yang tidak mentaati peringatan.

Banyak manusia yang justru dengan kenikmatan yang dimilikinya membuat hatinya mati, tertutup rapat dan terkunci. Kendati beribu nasehat terlontar, keangkuhan semakin mengakar telah mengalahkan nurani dalam diri.

Karena itulah Nabi dan Rasul yang diutus Allah kepada umat manusia. Dia adalah rambu-rambu, dia adalah orang yang memberi peringatan dan menunjukkan kejalan yang benar dimuka bumi ini. Nabi dan Rasul merupakan manusia pembawa amanat Allah. Diutusnya Nabi dan Rasul kepada kita agar manusia selalu ingat tentang tujuan Allah menciptakan dirinya, karena itu janganlah sampai terlena menuruti bujukan setan dan Iblis yang selalu ingin menjerumuskan kita.

Kemaksiatan dan kelalaian ibarat sebuah pohon bambu yang bengkok, akan tetap dibiarkan bengkok lebih lama ditempatnya. Keimanan dan ketaqwaan serta kedermawanan laksana bambu yang tegak dan lurus, satu persatu telah ditebang untuk keperluan yang bermanfaat. Sementara bambu yang bengkok akan lebih lama ditempatnya menikmati umur yang panjang karena pemilik bambu belum mau menebangnya. Tapi bambu yang bengkok kelak akan ditebang, disaat itulah nasib tragisnya dimulai, karena hanya dapat digunakan untuk kayu bakar saja. Nasibnya berbeda dengan bambu yang berkualitas baik yang dapat terus bertahan lama sebagai pendukung bangunan rumah, kursi dan meja, asesoris ruangan tamu, dengan hiasan nan indah.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Terlena dengan kemewahan dan kesenangan serta kemaksiatan, hanya akan mengulur waktu untuk menambah gelimang noda dan dosa. Sehingga tak ubahnya seperti gandum yang kosong dan bambu yang bengkok tadi yang tragis diakhir hidupnya.

Oleh sebab itu hendaklah kita mengikuti ajaran agama, karena ajaran agama selalu dalam kebenaran. Rasulullah SAW. membawa kitab suci al-Qur’an yang merupakan wahyu dari Allah. Didalamnya penuh dengan ajaran-ajaran kebenaran, peringatan agar manusia insyaf bahwa dirinya adalah makhluk Allah yang berhak menerima rahmat-Nya, adapun rahmat diakherat berupa kehidupan di Surga.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Akhirnya marilah kita berdo’a, semoga Allah selalu memberikan rahmat dan petunjuknya kepada kita sehingga kita dapat menjaga diri dan keluarga kita dari siksa api neraka, dan dapat masuk kedalam Surga Allah SWT. kelak di aKherat. Amin ya robbal ‘alamin.


Adab Sunnah Sehari-hari

Bab Kepada Pemimpin

Dan Adab-adabnya (bag. 1)


Kedudukan Pemimpin

§ Allah brfirman, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya, serta para pemimpin kalian”. (An-Nisa’ : 59)

§ Pemimpin yang adil adalah suatu nikmat. Rakyat hendaknya bersyukur jika mendapatkan pemimpin yang adil. (Abu Nashr Samarqandi)

§ Tidak boleh menghina pemimpin muslim. Barangsiapa menghina penguasa Allah dimuka bumi, maka ia akan dihinakan oleh Allah. (Tirmidzi)

Kataatan

§ Wajib mentaati pemimpin, walaupun fisik dan rupa mereka bagaikan hamba Habsyi. (An-Nisa’ : 59 – Bukhari) * Maksudnya walaupun pemimpin itu lebih rendah derajatnya dari pada kita.

§ Kewajiban mentaati pemimpin hanya dalam hal kebaikan. Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Hendaknya mentaati pemimpin sebatas kemampuan. Setelah diusahakan dengan penuh kesungguhan. (BUkhari, Muslim)

§ Haram mendurhakai pemimpin yang mentaati Allah. Barangsiapa mendurhakainya, lalu mati, maka ia mati jahiliyah. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Hendaknya tetap mentaati pemimpin, baik dalam hal yang menyulitkan atau memudahkan, yang menyenangkan maupun yang menjemukan, ataupun ketika ia tidak mempedulikan kita. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai, jangan sampai berpecah belah. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Wajib menunaikan kepercayaan yang telah diberikan oleh pemimpin dengan segenap kemampuan. (Muslim)

Jika Pemimpin Bermaksiat

§ Apabila pemimpin berbuat maksiat, jangan memberontak terhadap pemimpin. Akan tetapi bencilah perbuatan maksiatnya, dan jangan lalai dalam mengingatkannya. Bersabarlah dan ajaklah mereka kepada kebaikan dengan hikmah dan bijaksana. (An-Nahl : 125 – Bukhari, Muslim). Hal itu akan lebih selamat dan menyelamatkan. (Ahmad)

§ Apabila pemimpin bersifat egois, tetaplah memenuhi kewajiban kepadanya dan kita memohon hak kita kepada Allah. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Rasulullah SAW. diperintah dengan lima hal, (1) Berjamaah. (2) Mendengar. (3) Mentaati. (4) Hijrah. (5) Jihad fisabilillah.

§ Jangan menentang pemimpin, walaupun ia tidak baik kepada rakyat, selama ia masih mengerjakan shalat. (Muslim)

Do’a dan Dakwah

§ Dianjurkan agar selalu mencintai dan menyayangi pemimpin kita, serta memohonkan ampunan kepada Allah bagi mereka. (Al-Hasyr : 9 – 10)

§ Hendaknya selalu membantu dan mendukung para pemimpin dalam setiap urusan kebenaran. (Al-Maidah : 2)

§ Jangan sungkan dalam menyampaikan yang hak kepada pemimpin. Jihad yang terutama adalah menyampaikan yang hak di hadapan pemimpin. (Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Senin, 09 Maret 2009

Penyebab Penderitaan Umat

Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW. bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT. berfirman : Wahai keturunan Adam, perbanyaklah masamu dalam menyembah-Ku, maka akan Aku penuhi hatimu dengan keamanan dan menghapuskan kemiskinanmu dan jika tidak, Daku tanamkan kedalam hatimu dengan kekhawatiran, kegelisahan dan kebimbangan. Dan Daku juga tidak mengurangi kemiskinanmu”.

(Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim)


D

ari dalil diatas dapat diketahui bahwa kejayaan, kebahagiaan di dunia dan di akherat adalah semata-mata bergantung kepada sejauh mana penghambaan kita kepada Allah SWT.

Kita semua lupa untuk menyembah Allah karena kesibukan mencari nafkah atau kesenangan dunia. Kita mengorbankan shalat demi untuk mendapatkan beberapa keping dan lembar rupiah. Seolah rupiah tersebut dapat menjamin secara hakiki kebahagiaan dan kejayaan kita. Dengan mengabaikan agama kita berharap masalah rezeki akan dapat diselesaikan. Bagaimana hal ini dapat terwujud sedangkan pemberi rezeki itu sendiri menyatakan Dia tidak akan menghapuskan kemiskinan, kegelisahan, kebimbangan jika tidak mentaatinya.

Sebuah hadits shahih menyatakan bahwa Allah SWT. berfirman : “Jika manusia mentaati perintah-Ku, Daku akan datangkan hujan kepada mereka pada malam hari sedangkan mereka tidur dan menjadikan matahari bersinar sepanjang hari (agar urusan mereka tidak terganggu) dan mereka tidak akan mendengar bunyi halilintar (yang menyebabkan rasa takut)”.

Didalam kitab Ihya’ Ulumiddin diriwayatkan, pernah terjadi kekurangan makanan dimasa Nabi Musa AS. Nabi Musa AS. telah keluar selama 3 hari bersama Bani Israil untuk mengerjakan shalat minta hujan, tetapi tetap tidak turun hujan. Pada hari ke 3 turun wahyu yang menyatakan terdapat seorang pengumpat didalam jama’ah Musa AS. yang menyebabkan do’a mereka tidak dikabulkan. Musa AS. memohon kepada Allah SWT. supaya diberitahu orang itu. Jawaban Allah SWT. : “Bila Daku melarang kamu mengumpat bagaimana mungkin Aku akan membuka / memberitahu aib orang tersebut”. Musa AS. kemudian menyuruh dan menasehati mereka semua supaya kembali kepada Allah dan memohon ampunan-Nya. Setelah mendapat pengakuan sumpah dan bertobat agar tiak melakukan maksiat terutama mengumpat, maka tidak lama kemudian turun hujan.

Sufyan ats Tsauri menceritakan bahwa di zaman Bani Israil terdapat satu kejadian kekurangan makanan yang terlalu picik selama 7 tahun, dimana orang-orang mulai memakan bangkai tumbuhan kerang, sampai nyaris bangkai manusia. Penderitaan orang-orang sangat menyedihkan, setiap hari pergi kegunung-gunung dan hutan-hutan untuk berdoa dan shalat Istisqo’. Allah SWT. berfirman kepada Nabi-Nya pada waktu itu, betapapun lidah-lidah kamu kering dengan memanjatkan do’a dan tangan-tanganmu menadah kelangit, Daku tidak akan belas kasih kepada siapapun yang menangis sehingga kezhaliman-kezhaliman yang merata dikalangan kamu dihapuskan dan bertobat.

Dalam buku-buku sejarah dan hadits-hadits banyak sekali menceritakan hal-hal tersebut diatas, dapat kita simpulkan bahwa kejayaan, kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat tergantung amal baik dan ketaatan pada hukum Allah. Akan tetapi sebaliknya kegagalan, kehancuran dan kebinasaan kita disebabkan amal buruk dan penentangan terhadap hukum-hukum Allah.

Kita selalu mengeluh dengan kezhaliman pemerintah, tetapi tidakkah kita pernah memperhatikan sabda Rasululah SAW. yang menerangkan, baik buruknya pemerintahan sebagai akibat langsung dari amal-amal kita, dalam hadits yang lain dikatakan, sebagaimana keadaanmu (amal-amalmu) maka begitulah pemerintah yang akan diletakkan atasmu. Dengan demikian jika kita ingin untuk diperintah oleh orang-orang yang terbaik dan terpilih, rubahlah amal-amal kita kearah kebaikan jangan mengutuk penguasa / pemimpin karena hal itu termasuk fitnah, mengumpat, ghibah.

Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW. menytakan, Allah SWT. berfirman : “Daku adalah Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku. Dakulah Tuhan dari segala raja, Daku memegang hati para raja didalam tangan-Ku. Bila orang-orang mentaati-Ku, Daku mengganti hati para raja menjadi belas kasih serta sayang kepada mereka. Bila mereka mengingkari-Ku, Daku akan memalingkan hati raja-raja kearah kemarahan dan dendam keatas mereka dan dengan demikian mereka (raja-raja) meletakkan mereka didalam kesusahan dan penderitaan. Maka daripada kamu mengutuk mereka, kembalilah mengingat-Ku dan memohn kepada-Ku supaya Daku dapat melindungi-Mu dari kekejaman mereka”.

Perkara diatas telah banyak diriwayatkan beberapa hadits, satu do’a dari hadits menyatakan : “Ya Allah, kami memohon supaya jangan meletakkan keatas kami, karena dosa-dosa kami, orang-orang yang tidak belas kasih kepada kami”. Allah berfirman : “Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zhalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”. (Al-An’am : 129). Berbagai keterangan diberikan mengenai ayat diatas. Pengarang kitab Jalalain telah membuat penafsiran yang tepat yaitu orang-orang yang zhalim, oleh karena amal-amal yang buruk, diperintah oleh pemerintah yang kejam. Qatadah ra. berkata : “Jin-jin yang zhalim diletakkan keatas orang-orang yang zhalim”.

Umar bin Khattab ra. berkata : “Telah diriwayatkan kepada ku Nabi Musa AS. yang bertanya kepada Allah, apakah tanda kegembiraan-Nya kepada Hamba-Nya. Allah menjawab : “Daku turunkan hujan kepada mereka pada masa menanam benih diladang dan menghentikannya ketika menuai. Hal-hal pemerintahan di amanatkan kepada orang-orang yang lembut dan beradab, dan harta-harta umum dibawah pengurusan orang-orang yang jujur”, sedangkan tanda kemurkaan-Nya terhadap hamba-Nya adalah : “Daku menahan hujan pada masa menyemai benih dan menurunkan hujan ketika menuai. Tanggung jawab pemerintahan mereka diamanatkan kepada orang-orang jahil dan harta-harta umum diurus dan dikendalikan oleh orang-orang kikir yang memperkaya diri sendiri”.

Rasulullah SAW. bersabda : “Hendaklah menyeru kepada yang haq dan melarang dari yang bathil jika tidak Allah SWT. akan melantik orang-orang yang paling jahat dari kalangan manusia sebagai pemerintahmu. Kemudian do’a dan permohonan, walaupun dari yang terbaik diantara kamu tidak akan diperkenankan”.

Sebagian besar kita tidak dapat mengerti mengapa do’a orang–orang yang shalih tidak diperkenankan. Berapa banyak kita telah menyeru manusia melakukan yang haq dan melarang yang bathil. Jika amar ma’ruf nahi munkar ditinggalkan apakah ada harapan do’a akan diterima ?

Jika Allah ingin memperbaiki suatu masyarakat dia melantik orang-orang yang bermurah hati sebagai pemerintah (yang tidak berlaku kejam) dan ulama menghakimkan perkara dengan pengetahuan, keputusan yang benar dan adil. Orang yang pemurah diamanatkan harta, dengan itu semua orang mendapatkan manfaatnya. Bila suatu masyarakat (karena amal buruk mereka) maka orang orang jahil dijadikan pemerintah, orang yang buta huruf / buta hati menjadi hakim, dan harta dalam pengurusan dan penjagaan orang bakhil.

Hadits lain menyatakan : “Bila Allah SWT. murka dengan suatu masyarakat dan tidak melepaskan kemurkaan-Nya yang amat sangat, seperti terbelahnya bumi akibat gempa, tenggelamnya sebagian daerah, maka dia akan menaikkan harga-harga, menahan hujan dan meletakkan orang-orang yang paling jahat sebagai pemerintah / pemimpin”. Dalam hadits lain Allah berfirman : “Daku membalas terhadap orang yang padanya terletak sebagian kemurkaan-Ku melalui mereka yang terletak sebagian lagi kemurkaan-Ku (Daku menggunakan orang yang zhalim itu untuk menindas orang zhalim yang lain). Dan kemudian Daku lemparkan mereka kedalam Neraka (Na’udzubillahi min zalik)”. Sebab itulah dinyatakan dalam sebuah hadits, jangan mengutuk pemerintah, do’akan untuk kebaikan mereka karena dalam pembawaan mereka itulah letaknya kebaikanmu (kutukan, hinaan dan cacian tidak akan dapat merubah kezhaliman pemerintah, hakim dan wakil rakyat).

Hadits lain menyatakan : “Janganlah kamu mengutuk raja-raja tapi carilah pendekatan kepada Allah SWT. dan berdo’a dengan penuh khusyu’ kepada-Nya supaya hati mereka lembut kepadamu”.

Makih bin Ibrahim berkata : “Kami sedang duduk bersama Ibnu ‘Aun. Orang–orang mulai mengatakan tentang Bilal bin Abi Bardah dan mengutuknya. Ibnu ‘Aun berdiam diri. Mereka memberitahukannya bahwa mereka mengutuk Bilal adalah semata-mata karena Ibnu ‘Aun (membela), karena Bilal menzhaliminya”. Ibnu ‘Aun menjawab : “Tiap perkataan dicatatkan didalam buku amalku dan akan dibacakan dihari kiamat. Aku sungguh-sungguh berharap supaya terdapat seberapa banyak Laa ilaha illallah yang capat diucapkan dibanding tuduhan kepada siapapun”.

Suatu ketika orang mengutuk Hajaj dan disitu ada orang yang kemudian memperingatkan : “Jangan mengutuk, apa saja yang terjadi karena amal kamu sendiri. Aku takut kalau Hajaj dipecat atau mati, kera atau babi hutan akan diangkat jadi pemerintah kamu”.

Perbuatan-perbuatan adalah pemerintah-pemerintahmu merupakan suatu peribahasa yang terkenal. Sebagian orang menganggap hadits padahal bukan. Maknanya, sebagaimana perbuatan-perbuatanmu, maka demikian jugalah pemerintah yang akan diletakkan keatasmu. Rasulullah SAW. bersabda : “Siapa yang takutkan Allah, dia akan membuat tiap sesuatu takut kepadanya. Dan siapa yang tidak takut kepada Allah, hatinya akan dipenuhi dengan ketakutan kepada segala sesuatu. Wallahu a’lam.


Adab Sunnah Sehari-hari

Bab Pemimpin Kepada Rakyat

Dan Adab-adabnya (bag. 3)


§ Sejahat-jahat manusia ialah penguasa zhalim lagi bengis. (Ahmad, Baihaqi)

§ Tiga perkara yang sangat Rasulullah SAW. takuti atas umatnya : 1. Meminta hujan dengan bintang-bintang. 2. Kezhaliman pemimpin. 3. Mendustakan takdir. (Misykatul Mashobih)

Pegawai Staff

§ Bagi seorang pemimpin itu ada dua macam pendamping : Pendamping yang baik dan buruk. (Bukhari, Baihaqi, Ahmad)

§ Pemimpin hendaknya mencari pegawai yang jujur. Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang penguasa, maka akan dipilihkan baginya seorang menteri yang jujur, yang mau mengingatkan atasannya jika ia lupa, dan membantunya jika dibutuhkan. (Abu Dawud)

§ Pemimpin harus selalu menyuruh pegawainya agar memberi kemudahan kepada rakyat, jangan menyulitkan. (Muslim)

§ Kesalahan pegawai, juga tanggung jawab pimpinan. (Muttafaqun ‘Alaih)

Kepada Rakyat

§ Seorang pemimpin sangat berperan dan berpengaruh terhadap rakyat. Rusaknya rakyat disebabkan rusaknya pemimpin. (Al-Ghazali)

§ Pemimpin wajib menasehati rakyatnya agar mentaati Allah. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Jangan mengkhianati rakyat. Pemimpin yang mengkhianati rakyatnya dan tugasnya, pada hari kiamat nanti akan dihadapkan dalam keadaan terbelenggu. (Daromi)

§ Jangan sekali-kali menipu rakyat. Allah haramkan Surga bagi pemimpin yang menipu rakyatnya. (Bukhari, Muslim)

§ Tidak akan masuk Surga, petugas yang menetapkan pungutan sepersepuluh dari penghasilan rakyat. (Ahmad, Abu Dawud, Daromi) * Pajak atas rakyat, dianjurkan kurang dari sepersepuluh pendapatan.

§ Pemimpin harus selalu memperhatikan keadaan rakyat. Barangsiapa dijadikan pemimpin oleh Allah lalu ia tidak memperhatikan hajat mereka, maka Allah tidak akan memperhatikan hajatnya. (Abu Dawud, Tirmidzi)

Gaji Pemimpin

§ Seorang pemimpin boleh mendapatkan gaji dari harta kaum muslimin (Baitul Maal) dengan jumlah secukupnya saja (yaitu menurut musyawarah). (Bukhari)

§ Fasilitas yang dibolehkan bagi seorang pemimpin dari Baitul Maal kaum muslimin, ialah : tempat tinggal (rumah dinas), pelayan. Jika lebih dari itu, maka tergolong pencurian harta rakyat. Dan hal itu pun boleh diambil, jika ia belum memiliki keduanya. (Abu Dawud, Ahmad)

§ Jangan sekali-kali menerima suap. Rasulullah SAW. sangat mengutuk penyuap dan yang disuap. (Abu Dawud, Muslim)

Maulid Nabi Muhammad SAW.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW. itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab : 21)

S

udah menjadi suatu kebiasaan bagi umat Islam setiap tahun mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW., walaupun sebenarnya peringatan tersebut tidak dilakukan oleh Beliau SAW. pada waktu masih hidup. Demikian pula oleh para sahabat Beliau. Pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. mulai dilaksanakan pertama kali oleh Raja yang beragama Islam yaitu Muzaffar Abu Said yang berasal dari kerajaan Irbil, sekitar tahun 586 hijriyah.

Text Box: Tidak dibaca saat khatib berkhutbah di mimbarMuzaffar Abu Said melaksanakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW. tersebut mendapat dukungan dari rekan-rekan dekatnya. Disamping acara pemberian ceramah yang menguraikan sekitar kelahiran manusia pilihan Allah SWT. ini juga mengutamakan dan menyebutkan akhlak pribadi Beliau SAW. yang mulia, yang patut menjadi contoh bagi kita semua. Selanjutnya dipaparkan pula perjuangan Beliau SAW. yang gigih dalam menyampaikan risalah kerasulannya, membawa agama Islam yang di redhoi Allah Tuhan Pencipta alam semesta. Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam Firman-Nya : “…….., pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku redhoi Islam sebagai agamamu”. (Al-Maidah : 3)

Dengan adanya ayat tersebut, jelas sekali bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW. adalah untuk menyampaikan agama yang benar kepada manusia, agama yang sempurna, agama yang lengkap agar dapat mengatur keselamatan manusia di dunia dan akherat nanti. Beliau SAW. dilahirkan untuk menjadi Rasul bukan hanya untuk bangsa Arab saja tapi seluruh manusia, sebagaimana Firman-Nya : “Dan Kami jadikan engkau Rasul bagi manusia, dan cukuplah Allah saja yang menjadi saksinya”. (An-Nisa’ : 79)

Memperingati hari kelahiran Beliau SAW. yang mulia ini, bukan sekedar menyebut-nyebut tanggal lahirnya, namun lebih dari itu ialah membicarakan akhlak, pribadi Beliau dalam memimpin diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Begitu pula untuk mempelajari dan mengamalkan agama yang Beliau bawa, agama yang menyelamatkan manusia di dunia dan akherat.

Dari sekian banyak karakteristik Rasulullah SAW., yang paling menonjol dari segi akhlak Beliau yang tiada bandingannya, meskipun anda kumpulkan seluruh budi pekerti mulia yang di miliki manusia di dunia ini. Memang benar, tingkah laku, moral yang terpuji bisa saja dilakukan setiap orang pada setiap zaman, tetapi apa yang ada pada diri Rasulullah SAW. mempunyai nilai lebih. Allah sendiri menyampaikan kepada Beliau SAW., “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al-Qolam : 4)

Suatu ketika Sa’ad bin Hisyam bertanya kepada ‘Aisyah r. ha perihal akhlak Rasulullah SAW., ‘Aisyah balik bertanya, “Apakah kamu membaca Al-Qur’an?” “Tentu saja”, jawab Sa’ad lalu ‘Aisyah berkata : “Akhlak Beliau SAW. adalah Al-Qur’an”.

Ketika Rasulullah SAW. berda’wah ke Thaif yang didapatkan malah cacian, hinaan bahkan lemparan batu hingga tubuh Rasulullah SAW. berdarah. Demikian beratnya ujian dan hinaan tersebut sehingga Malaikat pun menawarkan bantuan kepada Beliau SAW. untuk menghukum kabilah Tsaqif (penduduk Thaif). Malaikat tersebut akan membenturkan 2 buah gunung yang mengelilingi kota Thaif untuk ditimpakan kepada mereka.

Namun Rasulullah SAW. tetap tegar dan membulatkan perlindungannya hanya kepada Allah SWT. Kesabaran siapa yang mampu menandingi kesabaran Beliau SAW. sebagaimana do’anya ketika diusir dari Thaif, “Ya Allah aku mengadukan kepada-Mu akan lemahnya kekuatanku dan sedikitnya daya upayaku dalam pandangan manusia. Wahai yang Maha Rahim dari sekian Rahimin. Engkaulah Tuhannya orang-orang yang lemah dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapakah Engkau serahkan diriku. Kepada musuh yang akan menghinaku ataukah kepada keluarga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal saja aku tetap dalam keridho’anmu. Dalam pada itu ‘afiatmu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya wajahmu yang mulia, yang menyinari seluruh langit dan bumi dan menerangi semua yang gelap dan atasnyalah teratur segala urusan dunia dan akherat, dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanmu atau dari Engkau turunkan atasku adzabmu kepada Engkaulah aku mengadukan urusanku sehingga Engkau ridho. Tidak ada daya dan upaya melainkan melalui Engkau”.

Abdullah bin Amr berkata, “Nabi SAW. masuk ke masjid lalu duduk diantara orang-orang fakir miskin Beliau SAW. memberi kabar gembira tentang Surga kepada mereka sehingga wajah mereka berbunga penuh kegembiraan. Aku (Abdullah bin Amr) merasa sedih karena tidak duduk bersama mereka”.

Abdurrahman bin ‘Auf berkata, “Kami sedang bersama Rasulullah SAW. dalam suatu perjalanan, tiba-tiba kami melihat seekor burung bersama dua ekor anaknya, dua burung itu kami ambil, ketika induknya datang mencicit-cicit”. Rasulullah SAW. datang dan bersabda, “Siapakah yang menyakiti burung dengan mengambil anaknya ? Kembalikan anak burung itu kepadanya”. Beliau SAW. juga melarang menjadikan burung sebagai sasaran anak panah untuk latihan memanah. Barangsiapa hendak menyembelih, diperintahkan untuk mengasah / mempertajam pisaunya dan mempercepat penyembelihannya. Dan jangan menyembelih binatang sementara binatang lain melihatnya. Begitulah kasih sayang Beliau kepada semua makhluk.

Kelembutan Rasulullah SAW. merupakan salah satu sisi penyebab orang-orang yang tadinya benci menjadi cinta, yang tadinya musuh menjadi kawan. Sebagaimana kisah seorang Yahudi menagih hutang kepada Rasulullah SAW., ketika itu Beliau SAW. sedang berada di Masjid bersama sahabat-sahabatnya, si Yahudi menagih dengan berteriak-teriak dan menarik sal (selendang) Rasulullah SAW. sehingga menyebabkan kemerahan di lehernya, melihat hal itu Umar bin Khattab ra. mencabut pedang untuk menebas leher si Yahudi namun dicegah oleh Nabi SAW. dan memerintahkan Umar untuk mengambil uang sebanyak 15 dinar, padahal hutang Beliau SAW. hanya 10 dinar saja, sabda Rasulullah SAW., “5 dinar sebagai ganti perlakuan Umar kepada si Yahudi”, melihat kelembutan pada diri Rasulullah SAW. tersebut maka seketika itu pula si Yahudi menyatakan keIslamannya.

Demikian pula ketika seorang Arab Badui kencing di dalam masjid para sahabat marah, namun Rasulullah SAW. dengan lembutnya menyadarkan orang Badui ini bahwa hal itu tidak baik karena masjid tempat yang suci, tempat orang mendekatkan diri kepada Allah kemudian Beliau SAW. menyuruh sahabat yang marah tadi untuk menyiramkan air diatas tempat kencing orang itu tadi.

Seorang pemuda datang kepada Rasulullah SAW. dan berkata, “Wahai Rasulullah, izinkanlah saya untuk berzina”. Namun Rasulullah SAW. dengan kelembutannya menyentuh nuansa kehanifan fitrahnya dengan bersabda, “Sukakah bila ibumu di zinahi oleh orang lain”. Jawabnya, “tidak”. Nabi SAW., bersabda lagi, “Sukakah bila istrimu di zinahi oleh orang lain”. Jawabnya, “tidak”. Nabi SAW., bersabda lagi, “Sukakah bila saudarimu di zinahi oleh orang lain”. Jawabnya, “tidak”. Nabi SAW., bersabda lagi, “Sukakah bila anak perempuanmu di zinahi oleh orang lain”. Jawabnya, “tidak”. Maka Nabi SAW. bersabda, “Demikian juga orang lainpun tidak mau ibunya, istrinya, saudarinya dan anak perempuannya dizinahi orang lain”.

kedermawanan dalam Islam merupakan salah satu jalan yang dapat menghantarkan ke Surga. Kedermawanan Rasulullah SAW. dapat dilihat dalam hal pembagian harta rampasan perang. Allah SWT. telah menetapkan seperlima harta ghonimah (rampasan perang) andaikata Beliau SAW. hendak menumpuk harta, tentulah akan menjadi konglomerat pada masa itu, suatu contoh harta rampasan perang Hunain mencapai 40.000 ekor domba, 24.000 ekor unta, 40.000 uqiyah perak (@ uqiyah + 30 gr) kalau Rasulullah SAW. mendapat seperlima dari rampasan perang diatas berarti Beliau mendapatkan 8.000 ekor domba, 4.500 ekor unta, dan 8.000 uqiyah perak.

Namun Rasulullah SAW. membagikan semuanya termasuk memprioritaskan kepada pembesar Mekkah yang baru masuk Islam agar hati mereka menjadi tenang dan tenteram. Seperti Abu Sufyan dan Uyainah.

Rasulullah SAW. adalah orang yang paling banyak merasakan lapar, tidak ada makanan dirumahnya sampai melebihi jatah untuk tiga hari, pakaiannya dari bahan kasar dan ketika wafat tidak didapati harta yang dapat diwariskan kepada keluarganya karena telah habis disedekahkan.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad ia berkata, ada seorang wanita menghadap Rasulullah SAW. sambil membawa pakaian, Beliau SAW. langsung memakainya karena memang sangat membutuhkannya. Namun ada seorang sahabatnya melihat itu dan berkata, “Wahai Rasulullah alangkah baiknya pakaian itu dikenakan untukku”. “Baiklah”, jawab Rasulullah SAW., kemudian pakaian itu diberikan kepadanya. Begitulah sebagian kecil keindahan akhlak Rasulullah, kita tidak mampu dan tidak akan sanggup menuliskan sifat dan pribadi Beliau apalagi langsung mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Mudah-mudahan momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. pada bulan Rabiul Awal ini dapat menjadikan pelajaran dan ikrar kita untuk selalu berpegang teguh pada agama yang sangat mulia ini. Amiin. (Penulis adalah Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kab. MURA)


Adab Sunnah Sehari-hari

Bab Pemimpin Kepada Rakyat

Dan Adab-adabnya (bag. 2)


§ Pemimpin hendaknya bersikap lembut terhadap yang dipimpinnya. (Asy-Syu’araa : 215)

§ Pemimpin wajib bersifat adil. Diantara keutamaan pemimpin yang adil, ialah :

ü Akan ditempatkan di mimbar-mimbar dari cahaya. (An-Nisa’ : 58, Muslim)

ü Mendapatkan naungan ‘Arsy Ilahi pada hari Mahsyar. (Bukhari, Muslim)

ü Sebagai orang yang paling dicintai oleh Allah dan paling dekat kedudukannya di sisi-Nya. (Al-Hujurat : 9, Tirmidzi)

ü Sebagai hamba Allah yang paling utama pada hari Kiamat. (Baihaqi)

ü Akan mendapatkan Surga, dan pemimpin yang menyeleweng akan mendapatkan Neraka. (Abu Dawud)

Memutuskan Perkara

§ Jangan sekali-kali mempersulit urusan kaum muslimin. Barangsiapa diberi kekuasaan oleh Allah untuk mengurusi kaum muslimin, lalu ia mempersulit mereka, maka Allah akan mempersulit dirinya. (Tirmidzi)

§ Hakim terbagi tiga macam, dua yang masuk Neraka adalah : Salah dalam memutuskan perkara padahal ia berilmu, dan salah dalam berijtihad padahal ia tidak berilmu. Sedangkan satu yang masuk Surga adalah : Benar dalam berijtihad dan ia berilmu. (Abu Dawud)

§ Hendaklah memutuskan perkara dalam keadaan tenang, konsentrasi, sehat, tidak dalam keadaan sakit, sedih, senang, lapar, ngantuk, marah. (Asy-Syafi’I, Muttafaqun ‘Alaih)

§ Pemimpin hendaklah mendengarkan laporan perkara dari yang mengadu dengan adil, jangan memutuskan sesuatu sebelum mendengar keterangan. Sehingga keputusan menjadi bijaksana. (Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)

§ Pemimpin hendaklah banyak bermusyawarah dalam menunaikan tugasnya dan ketika memutuskan masalah. (An-Nisa’ : 159, Abu Dawud)

§ Pemimpin yang bijaksana adalah yang memutuskan perkara berdasarkan Al-Qur’an, jika tidak ada, maka berdasarkan sunnah Rasulullah SAW., jika tidak, berdasarkan ijtihad sebaik mungkin. (Tirmidzi, Abu Dawud, Daromi)

§ Pemimpin yang memutuskan suatu perkara dengan ijtihad yang sungguh-sungguh, kemudian ijtihadnya itu benar, maka ia mendapatkan dua pahala. Jika ijtihadnya kurang tepat, maka ia mendapat satu pahala. (Muttafaqun ‘Alaih)

Pemimpin Yang Jahat

§ Sejahat-jahat pemimpin ialah yang dibenci dan membenci rakyat. (Muslim)

§ Allah SWT. mengharamkan Surga bagi pemimpin muslim yang mengkhianati rakyatnya. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Bagi pengkhianat akan dipasangkan sebuah spanduk yang bertuliskan, ‘Inilah si pengkhianat fulan bin fulan’. (Muslim)

§ Sejahat-jahat pengkhianat, ialah pengkhianatan pemimpin masyarakat kepada rakyatnya. (Muslim)

§ Pemimpin yang celaka ialah bersikap zuhud terhadap hartanya sendiri, tetapi tamak terhadap harta orang lain. (Abu Bakar ra.)