Minggu, 30 Agustus 2009

Kejayaan Kita Yang Sesungguhnya

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan Allah, Kamipun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa dengan seketika, maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa”. (Al An’am : 44)



T
erdapat banyak hadits yang menerangkan bahwa kenikmatan yang diberikan kepada orang yang tidak beriman disebabkan amal baik mereka atau penangguhan terhadap dosa-dosa mereka didunia ini. Siapa saja dari masyarakat yang tidak beriman yang melakukan perbuatan baik pasti cepat maju dan mewah, dan mereka ditangguhkan adzab atas dosa-dosa mereka, sedangkan orang-orang mukmin dikenakan adzab didunia ini atas dosa-dosa yang mereka buat.
Sebuah hadits menyebutkan ujian bala’ senantiasa bersama orang mukmin, dia diuji dengan dirinya, hartanya, anak-anaknya dan sebagainya, sehingga tertebus amalan-amalan buruknya dan dia meninggalkan dunia ini dalam keadaan bebas dari dosa-dosa. (Tirmidzi)
Penindasan, kezholiman, kelicikan dan pencabulan adalah perbuatan yang akan diperhitungkan didunia, baik orang Islam maupun non Islam. Begitu juga mereka yang mencemooh dan mengejek para Nabi dan Rasul Allah, mereka akan di adzab oleh Allah. Dalam keadaan begini Allah tidak akan menangguhkan hukuman keatas mereka. Beberapa peristiwa yang meriwayatkan kemusnahan kaum terdahulu yang telah diceritakan di dalam Al-Qur’an adalah bukti dan saksi yang nyata atas perkara ini. Bila suatu kaum jatuh atas sebab kezholiman, adzab dari langit datang menolong orang yang tertindas. Sesuai Firman-Nya : “Aku mendengar panggilan orang yang tertindas dan memperkenankan panggilannya, walaupun dia orang kafir. Maka dengan ini hendaklah kita semua sadar bahwa siapa saja yang menindas (tidak membuat keadilan), dia pada hakikatnya tidak menindas orang lain tetapi telah menindas dirinya sendiri.
Kejayaan bagi orang-orang Islam dan orang kafir tidaklah sama, Allah telah memisahkan mereka. Hanya kejahilan dan ketidak sadaran terhadap agama yang menyebabkan kita berfikir, apa saja yang memberikan kejayaan kepada orang-orang kafir akan membawa kesejahteraan orang-orang Islam juga. Tanamkan dihati bahwa tempat yang sebenarnya bagi mengadzab orang-orang kafir terhadap dosanya ialah di akherat dan kadangkala saja didunia disebabkan beberapa alasan tertentu. Bagi perbuatan baik yang mereka lakukan, maka Allah membalas didunia ini saja, tidak diakherat. Alasan ini adalah munasabah karena orang kafir tidak mengakui akherat maka mengapa pula menerima ganjaran diakherat.
Seorang bertanya kepada Ibnu Abbas ra. mengenai maksud surat Hud ayat 15. Beliau mengatakan bahwa harga amal kebaikan mereka dibayar dengan kesehatan dan kesenangan, dengan anak-anak dan harta. Tetapi ingat, ini tidaklah bermakna bahwa Allah wajib membayar (mengganjari) mereka didunia, hal ini di batasi dengan syarat yang telah diterangkan pada surat Bani Israil ayat 18, jika Allah menghendaki.
Said bin Jubair ra. telah memberikan penerangan yang sama terhadap surat Hud diatas. Amalan kebaikan mereka akan diganjari didunia ini. Qatadah ra. juga meriwayatkan bahwa Allah SWT. memberikan ganjaran keatas perbuatan baik mereka didunia ini dan apabila tiba hari akherat, tidak ada satu perbuatan baikpun yang belum diberikan ganjaran. Dan bagi orang-orang mukmin amal kebaikan mereka akan diganjari didunia ini dan (diatas keimanan mereka) diganjari juga di akherat. Mujahid rah. a mengatakan perbuatan baik orang kafir akan diganjari sepenuhnya didunia ini. Maimun bin Mehran mengatakan jika seseorang ingin mengetahui derajatnya dalam pandangan Allah mestilah melihat amalnya sendiri, karena dia akan mendapatkan hasil dari perbuatannya, apakah ia orang mukmin atau kafir. Orang mukmin diganjari didunia dan akherat, sedangkan orang kafir dibayar kembali hanya didunia ini.
Muhammad bin Ka’ab rah. a menyatakan bahwa orang kafir yang telah melakukan perbuatan baik walaupun sebesar zarrahpun pasti diganjari didunia ini melalui anggota badannya, keturunannya dan keluarganya yaitu melalui kesehatan badan dan kekayaan/keuangan sehingga apabila dia meninggal dunia ini, tidak ada satu perbuatan baikpun yang belum diganjari. Dan bagi orang Islam yang telah melakukan perbuatan maksiat walaupun sebesar zarrah akan diadzab didunia ini melalu anggota badannya, keturunannya dan keluarganya yaitu melalui berbagai penderitaan jasad dan keuangan sehingga apabila ia meninggal dunia tidak ada satu perbuatan maksiat yang belum dibalas dengan siksaan.
Sulaiman bin Amir ra. bertanya kepada Rasulullah SAW., ”Bapakku begitu menjaga hubungan keluarga, menepati janji dan melayani tamu dengan baik dan ramah. Apakah amalan ini akan memberikan faedah kepadanya?” Rasulullah SAW. bertanya, ”Apakah ia meninggal sebelum kedatangan Islam?” Beliau menjawab, ”Ya”. Rasulullah SAW. bersabda, ”Dia (bapakmu) tidak akan diberi ganjaran di akherat walau bagaimanapun, keturunannya akan mendapat faedah. Kamu tidak akan mendapat kehinaan, dimalukan atau kemiskinan disebabkan amal kebaikan yang dilakukan oleh bapakmu yang telah meninggal dunia”.
Berdasarkan penerangan diatas kita dapati sebagian orang kafir maju dan jaya didunia, padahal tidak terdapat amalan baik mereka. Ini mungkin disebabkan amalan baik dari leluhurnya. Dari Anas ra., Rasulullah SAW. bersabda, ”Siapa yang inginkan sesuatu sedangkan masih bergelumang dengan perbuatan maksiat maka dia tidak akan mendapat apa yang diinginkan itu. Hasil dari usahanya bertentangan dengan yang diinginkannya bahkan akan lebih dekat kepada apa yang ditakutinya (tidak diinginkan)”. Orang-orang Islam yang masih melakukan dosa-dosa dan perbuatan buruk yang mengharapkan kemajuan dan kemakmuran, akan senantiasa dinafikan dari itu, dan menginginkan kemewahan orang kafir dengan mengikuti jejak mereka, tanpa segan dan malu adalah asbab kegagalan.
Ada suatu adat bagi tentara Persia dan Romawi, apabila tentara mereka dapat menaklukkan musuh, maka mereka akan memenggal panglima perang musuh untuk dihantarkan kepada Raja atau Kaisar mereka sebagai tanda kebanggaan, kemasyhuran dan kegembiraan. Pada masa Khalifah Abu Bakar ra. dalam suatu peperangan dengan Romawi, tentara Islam dapat mengalahkan tentara Romawi dan memenggal kepala panglimanya untuk dihantarkan kepada Khalifah Abu Bakar ra. melalui Atbah bin Amir ra., menerima hal ini Khalifah menyesali dengan sangat akan perbuatan itu, Atbah bin Amir ra. berkata, ”Wahai pewaris/pengganti Nabi, mereka juga membuat kepada kami dengan cara yang sama”. Khalifah menjawab, ”Oh apakah kita akan mengikuti adat istiadat dan amalan orang-orang Roma dan Parsi, jangan bawa kepadaku kepala siapapun. Kitab Allah dan Sunnah Rasul sudah cukup untuk kita ikuti”.
Satu ketika Khalifah Umar bin Khattab ra. bepergian ke Syria terdapat tanah becek dan berair disatu jalan. Beliau turun dari untanya, menanggalkan sarung kakinya yang terbuat dari kulit dan meletakkannya diatas bahu, lalu berjalan dilumpur dan air tersebut sambil memegang tali unta ditangannya. Abu Ubaidah ra. berkata, ”Kamu telah melakukan sesuatu yang mana orang Syria sangat memandang rendah hal tersebut”. Umar ra. menepuk Abu Ubaidah ra. dan berkata, ”Jika ada orang selain kamu, yang menyatakan demikian, sudah tentu aku akan menghukumnya dengan hukuman yang dapat dijadikan peringatan. Kita dahulu hina dan Allah telah memuliakan kita dengan Islam. Kalau kita mencari kemuliaan dengan selain Allah, maka Allah akan menghina kita”.
Kejayaan dan kemakmuran orang-orang Islam hanyalah terletak didalam mengikuti agama ini dengan sepenuhnya. Orang Islam dizaman awal telah mencapai mercu kejayaan dengan beramal agama sepenuhnya, siapapun yang mengetahui sejarahnya tidak dapat menafikkannya. Menentangnya dapat menjerumuskan kita kepada kehancuran dan kemusnahan didunia dan akherat. Walaupun berbagai konsep yang kita ajukan, beribu-ribu keputusan dibuat, berapapun terbitan artikel dan buletin disebar dan dibaca bila semuanya tidak menurut perintah Allah dan cara Nabi-Nya tidak akan mencapai kejayaan. Cuma hanya satu jalan saja mengikuti perintah Allah dengan menjalankan sunnahnya serta menjauhkan dari dosa-dosa dengan berpegang kepada agama-Nya saja. Disini marilah kita berfikir satu perkara lagi. Katakanlah pada masa ini Islam dihina, kesemua perintah-Nya dianggap kuno, ulamanya dianggap berpandangan singkat tetapi adakah suatu kebenaran bahwa orang tua kita dahulu telah menaklukkan beribu-ribu kota, meruntuhkan dua negara super power (Romawi dan Persia) waktu itu. Mereka juga telah mengilhamkan berjuta-juta manusia memeluk Islam dan mendirikan Daulah Islamiyah serta kerajaan Islam sesudahnya di berbagai kawasan, sedang mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan Islam, dimanakah agama Islam saat ini, apakah hanya dikitab-kitab saja bukan pada umatnya.
Khalifah Abu Bakar ra. telah mengutus Khalid bin Walid ra. sebagai panglima perang untuk menaklukkan orang-orang murtad, nasihatnya pada waktu itu, ”Inilah kalimat Syahadat ..........., Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Barangsiapa menafikkan azas ini, hendaklah kamu berjuang menentangnya”.
Khalifah Umar bin Khattab ra. telah mengutus Atbah bin Ghazwan ra. sebagai panglima perang melawan Persia, ketika itu Beliau memberi arahan : ”Senantiasa menjaga ketaqwaan semaksimal mungkin. Berhati-hatilah menjalankan keadilan bila memberi keputusan. Dirikanlah shalat dimasa yang ditentukan, ingatlah kepada Allah dimana tempat dan memuji-Nya”.
Pada masa Abu Bakar ra. menjadi
Khalifah, terdapat satu peperangan besar yang masyhur di Ajnadin, panglima Romawi telah mengirim mata-mata yang berbangsa Arab untuk mengetahui kedudukan orang-orang Islam dan mempelajari arah atau gerakan orang-orang Islam sepanjang siang dan malam, sebagai orang Arab dia mudah saja bergaul dengan mereka. Berikut ini laporannya kepada panglima Romawi, ”Orang-orang ini Rahib (ahli ibadah) diwaktu malam dan Ksatria (penunggang kuda) diwaktu siang, yaitu sujud didalam shalat sepanjang malam dan diatas kuda sepanjang hari. Jika anak raja mereka sendiri mencuri sesuatu, tangannya akan dipotong demi keadilan dan jika dia sendiri melakukan perzinahan, ia juga akan dirajam dengan batu hingga mati”. Banyak peristiwa begini telah diriwayatkan didalam kitab-kitab hadits, inilah kenyataan (hakikat) yang mengagumkan hati orang-orang kafir. Setelah mendengar laporan mata-mata tersebut panglima Romawi itupun berkata, ”Jika apa yang kamu laporkan benar, maka lebih baik kita ditanam hidup-hidup didalam bumi dari pada menghadapi mereka diatas bumi”. Suatu ketika terdapat tahanan dari Romawi yang melarikan diri dari orang-orang Islam. Kaisar Romawi bertanya tentang keadaan orang Islam ketika orang tersebut ditawan. Dia menjawab, ”Bahwa orang-orang itu adalah Rahib (ahli ibadah) diwaktu malam dan Ksatria (da’i) diwaktu siang, mereka tidak mengambil sesuatu walaupun dari kafir dzimmi (orang kafir yang dilindungi) tanpa membayar harganya, bila bertemu mereka saling mengucapkan dan menjawab salam”. Kaisar Romawi berkata, ”Jika laporan itu benar, maka mereka akan menjadi raja-raja bagi kerajaannya”.
Semasa peperangan Antakia, Yazid bin
Abi Sufyan ra. mengirim surat kepada Khalifah Abu Bakar ra. memberi laporan : ”Puji-pujian bagi Allah dan sejahtera atas Rasul-Nya, daku merasa sukacita menyatakan bahwa Kaisar Romawi mengetahui akan penyerbuan kami kearahnya, Allah telah mengisikan kehatinya dengan ketakutan dan kegentaran dan dia mengelakkan pertempuran dan mengundurkan diri ke Antakia”. Sebagai jawabannya, ”Suratmu telah memberitahu akan kegentaran Kaisar Romawi dan pengundurannya ke Antakia. Sesungguhnya Allah telah menolong kita melalui Malaikat-Malaikat-Nya bila kita menyertai peperangan dibawah sunnah Rasulullah SAW. Memang sebenarnya kepada agama ini saja kita menyeru manusia dan atas sebabnya jua Allah SWT. telah menolong kita dengan menggentarkan musuh”.
Romawi mempunyai jumlah tentara yang sangat banyak sedangkan orang Islam terbatas. Amr bin ’Ash ra. memberitahu Khalifah Abu Bakar ra. mengenai keadaan tersebut, sebagai jawaban Abu Bakar ra. menulis, ”Kamu orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena jumlah tentara yang sedikit, kamu pasti dapat dikalahkan walaupun jumlah tentara yang banyak dari musuh jika kamu terlibat didalam dosa-dosa”. Rasulullah SAW. telah menerangkan dengan sepenuhnya jalan yang membawa kepada kebaikan dan kemajuan atau jalan yang membawa kepada kemaksiatan dan kejatuhan. Orang-orang dahulu dari kita yang shalih (taqwa) telah mengikutinya dan telah berjaya, sedangkan kita tidak menyadari akan nilai sabdanya dan tidak pula mengambil pelajaran dari para pendahulu kita.
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar