Minggu, 30 Agustus 2009

Perlunya Semangat dan Keimanan

B
anyak kita lihat sekarang ini kejadian, orang tidak lagi melihat mana yang benar dan mana yang salah, malahan lebih mengutamakan untuk menang walau berbuat salah, sehingga orang mencari sesuatu dengan jalan pintas, dimana mana terjadi kekerasan, penipuan, perampokan dan pembunuhan, ini disebabkan oleh krisis keimanan, yang melanda kehidupan manusia.
Ditengah situasi krisis yang sesulit apapun, sesungguhnya hanya ada satu kunci yang hendaknya selalu kita pegang, yaitu Semangat.
Semangat memang satu kata yang sering hilang dari kamus hidup kita. Kalaupun tidak hilang, minimal cahayanya meredup. Redupnya semangat ini akan mengikis optimisme yang pada gilirannya akan berimbas pada kadar keimanan kita sebagai hamba kepada Khaliknya. Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. bersabda “Al Imanu yazid wa yankus”. Artinya: “Iman itu naik dan turun”. Dengan naik dan turunnya keimanan manusia, maka berpengaruh juga naik turunnya kepada semangat diri kita. Karena itulah dalam hidup ini, semangat dan keimanan memiliki suatu hubungan yang sangat dekat dan tidak bisa dipisahkan. Seorang yang sedang turun keimanannya pasti akan turun pula semangat untuk beribadah, belajar, berikhtiar mencari rejeki. Ataupun segala perbuatan yang baik dan bermanfaat lainnya. Begitu pula sebaliknya, jika keimanan kita sedang naik, maka kadar semangat kitapun akan menjadi naik, sehingga kita selalu optimis dalam menghadapi tantangan.
Beban hidup yang sedang kita hadapi bersama sekarang ini memang berat dan beraneka ragam bentuknya. Namun bagi kita umat Islam tidak boleh ikut hanyut akibat penderitaan ini. Terlebih sampai kehilangan gairah hidup atau pesimis memandang seolah-olah hidup ini semakin gelap. Kita harus mempunyai harapan hidup yang lebih besar atau bersikap optimis dan penuh keyakinan bahwa pertolongan dari Allah. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah : Dalam surat Alam Nasyrah ayat 5-6 yang artinya
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Kita harus yakin bahwa sesulit apapun penderitaan kita, Allah pasti akan menolong apapun penderitaan hambanya. Asalkan kita masih memiliki iman dan selalu beramal shaleh disertai dengan kesabaran.
Dalam menghadapi kehidupan yang penuh goncangan dan kesengsaraan ini hendaknya kita selalu bersikap tegar, sabar dan lapang dada. Dalam satu Syair arab dikatakan ”Palaitaka tahlu, walhayaawatu mariirah, walaitaka tardha, wal’anaamu ghadbaan” artinya “Biarlah engkau bersikap manis walaupun hidup terasa pahit, dan biarlah engkou tetap ridho walaupun semua
manusia menunjukkan kebencian”.
Dalam kehidupan ini, bahwa tiap jiwa manusia membutuhkan makanan lahiriah dan batiniah, terkadang kita melupakan hal tersebut dan hanya mementingkan lahiriahnya saja.
Semangat dan keimanan adalah zat yang harus di isi kepada manusia untuk menaungi batiniah menjaga berbagai macam ibadah yang dapat menjadi obat dalam menghadapi krisis semangat dan keimanan.
Dapat kita lihat beberapa waktu yang lalu sering kita dengar alunan lagu “Tombo Ati” atau obat hati yang dinyayikan oleh Opick; yang dapat membetengi krisis Iman, yaitu :

1. Membaca Qur’an dan maknanya.
2. Mendirikan sholat malam.
3. Berkumpul dengan orang sholeh dalam
4. majlis ilmu.
5. Perbanyak puasa sunnah, dan
6. Berzikir pada setiap waktu.
Kalau ini kita terapkan dengan Ikhlas Insya Allah kerisis semangat dan keimanan secara pelan namun pasti akan hilang dari diri kita. Agar keimanan kita tetap terpelihara dan terjaga serta terus mengalami peningkatan kualitas, untuk memeliharanya dapat kita lihat dalam sabda Rasulullah Saw. yang artinya :
“Ada lima hal yang merupakan bagian dari keimanan, barang siapa di dalam dirinya tidak terdapat lima hal itu, maka ia tidak memiliki keimanan.

1. Ketundukan kepada perintah Allah,
2. Menerima ketentuan Allah.
3. Berserah diri kepada Allah, Tawakal kepada Allah, dan
4. bersikap sabar kepada ketentuan Allah”.

Menyadari kondisi kita sebagai manusia yang ada kalanya semangat dan keimanannya turun, maka Allah akan selalu menerangi hati kita dengan pelita kebenaran. Dan dengan kesadaran pribadi tersebut selanjutnya diaplikasikan dengan tertanamnya tekad dalam hati untuk memperbaiki diri kita sendiri.
Seseorang yang semangatnya terikat dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah memasuki samudra yang tak bertepi. Ia akan mendapatkan apa yang dicita-citakannya, meskipun cita-citanya teramat tinggi dan tubuhnya lemah. Semangatnya itu akan membuatnya, mengantarkannya untuk memperoleh sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh
tubuhnya yang lemah.
Betapa sering sesuatu (amal) yang sedikit menjadi bernilai banyak karena niat yang baik dan betapa sering sesuatu amal yang banyak menjadi sedikit (nilainya) karena niat yang buruk.
Jika ada seseorang mengaku bahwa dirinya berniat baik, maka perhatikanlah amalnya. Sebab, setiap amal akan menunjukkan niat pelakunya. Jika amalnya baik, itu menunjukkan bahwa niatnya baik, dan jika amalnya buruk, itu menunjukkan bahwa niatnya buruk pula.
Sesungguhnya Allah hanya memperhatikan semangat dan niat seseorang, barang siapa yang semangatnya tertuju untuk Allah, meskipun perbuatannya belum sesuai dengannya, maka dapat diharapkan suatu saat perbuatannya akan mengikuti semangatnya.
Seseorang yang semangatnya tertuju kepada kemaksiatan, kemudian dia berbuat kezaliman serta kemaksiatan dan pada saat yang sama lisannya berzikir kepada Allah, maka ucapan lisannya tersebut justru akan menjadi saksi yang memberatkan dirinya.
Sedangkan seseorang yang semangatnya tertuju kepada Allah, meskipun pada saat itu anggota tubuhnya masih melakukan perbuatan yang tidak diridhai, maka suatu saat anggota tubuhnya akan menjadi baik.
Barang siapa anggota tubuhnya taat kepada Allah, tetapi anggota tubuhnya tertuju kepada kemaksiatan, maka suatu saat anggota tubuhnya akan mengikuti semangatnya itu, karena itulah Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : “Sesungguhnya Allah tidak memandang paras muka dan bentuk tubuh kalian, akan tetapi Dia mendang hati dan niat-niat kalian.”
Beramallah untuk Allah sesuai dengan kadar semangat dan niatmu dengan Ikhlas, karena Allah akan memberikan pahala sesuai dengan kadar semangat dan niat, bukan menurut kadar amal. Sebab gudang gudang Allah Ta’ala telah penuh dengan ibadah.
Ada Malaikat yang sujud sejak sebelum diciptakan dunia hingga hari kiamat, dan ada pula yang terus menerus rukuk, mereka semua menikmati zikir sebagaimana telah kita ketahui. Jika demikian adanya, lalu apalah artinya amal kita.
Dengan demikian jelaslah bagi kita, bahwa semangat dan keimanan harus dijaga, dan dirawat serta ditingkatkan kwaliatasnya, dengan sikap ketulusan kepada Allah Swt. Mudah-mudahan bathin kita akan menjadi tersinari dan tenang di dalam menjalani realitas kehidupan ini.

“Beban menyimpan rahasia lebih ringan dari pada perasaan hawatir akan terbongkarnya rahasia yang kau ceritakan kepada
orang lain”

1 komentar: