Sabtu, 04 April 2009

Dunia Sebagai Bekal Akherat

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qoshosh : 77)


Tidak ada perkara yang lebih penting didunia dan akherat melebihi agama. Alah SWT. menciptakan dunia ini adalah karena masalah agama. Allah SWT. menciptakan tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dengan segala sesuatu yang ada didalamnya adalah karena masalah agama yaitu sebagai media manusia dan jin untuk diuji siapakah yang mau mengamalkan agama dan siapakah yang tidak mau mengamalkan agama. Hiruk pikuknya dunia ini, masalah yang terjadi didunia ini semua dijadikan Allah SWT. karena masalah agama. Allah SWT. menjadikan kesusahan-kesusahan didunia ini untuk menguji manusia siapakah yang mengamalkan agama dalam kesusahan-kesusahan itu. Demikian pula Allah SWT. menciptakan perkara-perkara yang menggembirakan untuk menguji manusia, siapakah yang mangamalkan agama dalam kegembiraan itu.

Allah SWT. menjadikan dalam diri manusia itu nafsu, gejolak-gejolak nafsu yang mengajak kepada berbagai hal, karena Allah hendak menguji kepada manusia, siapakah yang taat kepada Allah dalam gejolak-gejolak nafsu tadi. Allah SWT. menjadikan sebagian manusia diatas dan sebagian dibawa, sebagian jadi raja-raja, sebagian jadi rakyat. Ini juga ujian dari Allah apakah raja-raja itu menggunakan kekuasaan sesuai dengan agama Allah atau tidak. Kalau raja itu mengikuti perintah Allah maka raja tadi akan jadi raja yang sukses didunia akan bahagia mendapat ridho Allah kemudian akan masuk Surga Allah SWT.

Sebagian manusia ‘alim dan jahil, untuk menguji manusia apakah yang ‘alim mengamalkan agama Allah dengan mengajarkan ilmu-Nya. Apakah yang jahil mau mengamalkan agama dengan belajar kepada yang ‘Alim.

Sebagian manusia dijadikan kaya, sebagian juga miskin, karena apa, karena Allah hendak menguji manusia apakah orang yang kaya menggunakan kekayaannya sesuai dengan tertib yang telah digariskan Allah dalam agama dan Allah ingin menguji orang-orang miskin, apakah dalam kemiskinan ini dia mengamalkan agama Allah atau tidak, ia bersabar atau tidak.

Nabi Sulaiman AS. dengan kerajaannya begitu hebat bukan hanya manusia jadi rakyatnya bahkan Jin dan semua binatang dan lainnya dibawah kekuasaan Beliau AS. Beliau dikasih kekuatan ruhani yang luar biasa, sehingg kerajaan Ratu Balqis bisa dipindahkan dari Yaman ke Palestina dalam sekelit mata, tetapi Beliau tidak menganggap ini suatu kesuksesan tetapi Beliau anggap ini suatu ujian. Beliau mengatakan “Ini adalah anugerah Tuhanku karena Dia hendak menguji apakah aku bersyukur atau kufur”.

Allah SWT. berkuasa menciptakan dunia ini tanpa masalah (bebas masalah) tetapi memang Allah menghendaki dunia sebagai tempat jujian. Jangan kita mengeluh kenapa ada masalah ini, kenapa ada masalah itu, memang dunia dijadikan Allah untuk ujian dimana dalam ujian ini Allah hendak (menampakkan) siapakah yang pantas menjadi kekasih-kekasih Allah yaitu dalam suasana-suasana yang sulit/menyusahkan merka. Senantiasa taat kepada Allah dan siapakah orang yang tidak layak menjadi kekasih-kekasih Allah. Maka kita hadapi kehidupan dunia ini apa adanya, jangan kita melamun membikin dunia yang tanpa masalah, itu tidak akan terjadi. Dunia dijadikan bermasalah karena ini adalah ujian dari Allah kepada hamba-Nya. Maka orang yang paling mulia disisi Allah yaitu para Nabi, Rasul, mereka paling banyak ujian (tantangan) adalah para Nabi, Rasul kemudian orang-orang yang mengikuti mereka.

Suatu hari Nabi SAW. sakit panas, sehingga saking panasnya, tembus ke selimut Beliau. Seorang sahabat memegang selimut dan betul-betul merasa sedih dengan sakit Nabi SAW. Nabi SAW : “Saya dikasih sakit panas dua kali lipat dari sakit orang biasa”. Sahabat : “Allah menghendaki pahala duakali lipat ya Rasul”. Nabi SAW : “Benar”.

Dunia diciptakan karena masalah agama, begitu juga akherat karena masalah agama, kalau dunia ini tempat ujian maka akherat “darul jaza’ ” hasil dari ujian itu, tempat pembalasan orang-orang yang lulus mengamalkan agama didunia, sukses menghabiskan umurnya taat kepada Allah, mengikuti sunnah Rasul SAW. maka dia akan menjadi penghuni-penghuni Surga, menjadi raja-raja besar disana, berteman dengan para Nabi/ Rasul, wali Allah.

Seorang ‘ulama mengatakan seumpama Surga itu tidak ada nikmat apa-apa kecuali satu saja yaitu berjumpa dengan Nabi SAW. itu sudah cukup sebagai suatu kemuliaan.

Seorang ‘ulama ditanya apa yang nanti kamu cita-citakan di akherat, maka Beliau mengatakan saya ingin nanti mati kalau di Surga akan menjumpai Rasulullah SAW. dan bertanya mana hadits shahih dan hadits dhaif biar selesai khilafiah-khilafiah di dunia ini.

Alangkah indahnya alam yang dijanjikan Allah SWT. untuk orang-orang yang menghabiskan umurnya dalam taat kepada Allah. Istana-istana emas dan intan, sungai-sungai dari susu dan madu, kenikmatan yang tiada batas. Bidadari-bidadari nan cantik, kalau kecantikan seluruh wanita didunia ini dikumpulkan jadi satu, tidak ada 1% dari kecantikan wanita di Surga.

Text Box: Peranan Menulis Dalam Islam   Pada zaman Imam Syafe’I ada seorang ulama besar yang bernama Syu’bah karena termasyhur ke’aliman ulama’ ini sehingga saat meninggalnya Imam Syafe’I berpidato di masjid : “Maata Syu’bah, maata al-‘ilmi” (Saudara-saudara Syu’bah telah wafat, ilmu jadi mati).  Imam Syu’bah tidak terkenal karena dia tidak menulis tetapi Imam Syafe’I menulis.  Mengapa Harun al-Rasyid tidak lebih terkenal seperti imam Syafe’I karena ia tidak menulis, jadi orang yang menulis itu peninggalannya lama.  Mereka itu mujahid seperti firman Allah : “Bal ahya walakinna laa yas’uruun”, (bahwa mereka itu sebenarnya tidak mati tetapi mereka itu hidup). Kalau kita membaca kitab karangan orang terdahulu, maka sepertinya kita berbicara bersama dia  (berdialog).  Itu bentuk kelebihan amal mereka, jadi bila ulama tidak menulis keterkenalannya dapat ditandingi oleh orang besar atau monumental seumpama karya seorang Presiden, Negarawan atau Politikus. Dapat diberikan contoh dikalangan ulama Indonesia zaman dahulu yang menulis seperti syeikh Nawawi al-Bantani yang banyak menulis dan juga mufassir dari tafsir al-Munawar, hari ini karya itu dikaji orang diberbagai Negara termasuk Muangthai, Mindanau (Filipina Selatan) di Indonesia banyak terdapat di pesantren-pesantren tradisional.  Adalagi di Banjarmasin yaitu Syeikh Moh. Arsyad al-Banjari yang mengarang Syabil al-Mu’tadin yang kemudian diabadikan menjadi nama Masjid Raya di Banjarmasin.  Beliau adalah penyusun kitab mengenai hukum Waris.  Jadi perkembangan ilmu tidak terlepas dari menulis.  Namun kadang-kadang Syetan datang kepada kita apa yang kamu cari dalam ketaatan kepada Allah, hasilnya malah kamu dihina, dikucilkan, berhenti saja ikuti apa kebanyakan orang-orang ditempat kamu, suara Syetan menjanjikan itu ada dalam hati manusia. Yang kita cari adalah perkara besar, kemulian yang kekal abadi, yang kita cari adalah ridho Allah, kerajaan akherat, maka apalah artinya kesusahan-kesusahan sebentar didunia ini, tidak ada artinya.

Apalah artinya kesedihan-kesedihan hati didunia ini, apalah artinya kita dicaci maki diseluruh dunia kalau setelah itu kita dihadapkan kehadirat Allah SWT., dikumpulkan di padang Mahsyar dengan para Nabi, Rasul kemudian diumumkan kepada seluruh makhluk kita dipuji-puji jutaan tahun bahwa kita adalah orang yang sukses. Jibril mengumumkan : “Pada hari ini fulan bin fulan telah sukses, dia tidak akan celaka selama-lamanya, dia tidak akan susah selama-lamnya, kemudian apalah artinya kemuliaan diduni ini, disanjung-sanjung akan tetapi bila di akherat (padang Mahsyar) kita dihinakan di mahkamah ilahi.

Seseorang dihadapkan pada mahkamah ilahi dia ditanya tentang hal-hal amalan-amalan didunia ini karena saking malunya dia gigit tangannya sampai habis, dia berteriak ya Allah, kirimlah aku ke Neraka jangan aku dipermalukan di depan makhluk-makhluk mu ini.

Tidak ada apa-apanya dunia ini kalau kita memandang negeri akherat, maka Syetan selalu usaha supaya lupa kepada negeri akherat. Hanya orang yang lupa kepada negeri akherat yang bisa ditipu oleh Syetan.

Wallahu a’lam.

Adab Sunnah Sehari-hari

Bab Kepada Pemimpin

Dan Adab-adabnya (bag. 2)


Yang menjadi pemimpin

§ Dianjurkan memilih pemimpin yang adil dan bijaksana. (An Nisa’ : 135)

§ Jika ada dua orang pemimpin yang terpilih, maka boleh membunuh salah satu darinya. Yakni, pemimpin yang kedua. (Muslim)

§ Tidak mungkin ada dua pedang dalam satu sarung. Tidak mungkin ada dua pemimpin dalam satu wilayah kekuasaan. (Umar bin Khattab ra.)

§ Jangan sekali-kali meminta atau berharap menjadi pemimpin. Barangsiapa berkeinginan untuk menjadi pemimpin, akan menyesal pada hari Kiamat. (Bukhari, Muslim). * Tetapi bila diberi amanat untuk memimpin, hendaknya ditunaikan dengan baik.

§ Jangan memilih orang yang ingin (mencalonkan diri) menjadi pemimpin. (Shofyan)

§ Jangan sekali-kali mengangkat pemimpin dari orang yang tidak beragama. (An Nisa’ : 118 Baghowi)

§ Jangan sekali-kali mengangkat wanita sebagai pemimpin. Suatu kaum yang menjadikan wanita sebagai pemimpin mereka, niscaya mereka tidak akan berjaya. (Bukhari, Tirmidzi, Nasa’i)

§ Boleh mengangkat orang buta menjadi pemimpin. (Abu Dawud)

Pemberian

§ Hendaknya berhati-hati dalam memberi hadiah terhadap pemimpin. Pemberian hadiah kepada umara’, dikhawatirkan mengandung unsur suap. (Abu Dawud, Baihaqi). * Suap adalah memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu dengan cara batil atau menghentikan yang hak.

§ Karena demikian bahayanya memberi kepada penguasa, sehingga makruh hukumnya memberi hadiah kepada penguasa. (Syekh Nashr Samarqandi)

§ Barangsiapa memberikan jasa kepada seseorang, kemudian memberi imbalan atas jasanya dan diterima oleh si pemberi jasa, maka ia telah mendatangi pintu riba’. (Abu Dawud)

§ Apabila diberi suatu tugas oleh pimpinan, maka hendaknya menunjukkan kegembiaraan, bukan bermuka masam (Muttafaqun ‘Alaih)

Persatuan

Hendaknya senantiasa dalam persatuan. Apa yang dibenci dalam persatuan itu lebih baik, daripada apa yang disukai dalam perpecahan. (Ibnu Mas’ud ra.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar