Jumat, 20 Maret 2009

Iman dan Taqwa yang berharga disisi Allah


Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Kita selalu memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kita semua masih diberi kesehatan untuk melaksanakan perintah-Nya, yaitu untuk Shalat Jum’at di masjid yang mulia ini, mudah-mudahan apa yang kita laksanakan mendapat ridho dari Allah SWT.

Tidak lupa pula sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya, yang mana Beliau telah membawa kita dari alam yang gelap (jahiliyah), ke alam yang terang benderang, seperti yang kita rasakan sekarang ini. Mudah-mudahan kita selalu dalam keadaan Iman dan Islam. Amin ya robbal ‘alamin.

Mengawali khutbah ada siang hari ini marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Untuk itu marilah kita sejenak memperhatikan uraian khutbah dengan judul : “Iman dan Taqwa yang berharga disisi Allah “.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Mentaati perintah Allah semata-mata taqwa kepada-Nya merupakan tujuan kita yang sangat mulia sebagai hamba Allah, sungguh beruntung dan berbahagia orang yang taat kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, dan sebaliknya merugilah orang yang maksiat kepada Allah dan mendurhakai-Nya.

Marilah kita tanamkan lebih dalam lagi nilai-nilai ketaqwaan itu didalam jiwa kita, sehingga setiap ucapan dan perilaku yang kita lakukan terpancar cahaya batin yang bersih, dalam bimbingan Allah Yang Maha Kasih. Disamping itu, nilai-nilai tersebut juga kita tanamkan dalam jiwa keluarga kita sebagai benteng agar terhindar dan selamat dari siksa neraka. Karena dalam hidup ini, baik dalam keadaan suka maupun duka, senang maupun susah, itu adalah cobaan dan ujian dari Allah, untuk menguji keimanan dan ketaqwaan hamba-Nya, karena iman itulah yang berharga disisi Allah SWT.

Tanggung jawab yang paling mendasar dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini adalah membangun diri dan keluarga dengan moralitas agama, sebagai wujud dari upaya untuk menjaga dan membentengi diri serta keluarga dari siksa api neraka.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.

Berpijak dari ayat tersebut, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga diri dan keluarga kita dari siksa api neraka. Senantiasa mengoreksi diri, apakah tanggung jawab itu sudah kita laksanakan dengan baik, atau malah sebaliknya, justru selama ini kita disibukkan oleh urusan-urusan lain, yang sama sekali tidak bersentuhan dengan pesan ayat-ayat tersebut. Allah SWT. Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya, dan amat tegas kepada orang-orang ingkar dan mendurhakai-Nya.

Sebagaimana dijelaskan dalam dialog Nabi Musa AS. dengan Allah SWT. Nabi Musa AS. berkata : “Ya… Allah Engkau mempunyai sifat kasih sayang kepada semua umat manusia didunia ini, tetapi mengapakah dihari kemudian nanti ada yang Engkau masukkan kedalam Neraka?”

Jawab Allah SWT. : “Ya Musa, untuk ini aku minta supaya Engkau bercocok tanam dahulu”.

Nabi Musa AS. tidak membantah, lalu bercocok tanam, yaitu menanam gandum, maka setelah pohon gandum itu berbuah dipetiklah buahnya, dalam waktu yang lama. Maka selesailah Nabi Musa memetik buahnya, lalu Allah SWT. mengajukan pertanyaan kepada Nabi Musa. “Adakah sesuatu yang Engkau tidak ambil hasil tanamanmu hai Musa? Ada ya Allah, jawab Musa. Allah berfirman : “Coba Engkau terangkan.” Musa menjawab : “Adapun gandum yang berisi saya petik dan saya simpan karena dimanfaatkan, dapat dibuat bibit dan sebagainya. Namun gandum yang gubuk (kosong) tidak berisi saya buang dan saya bakar karena tidak ada manfaatnya.

Jawab Allah : ”Ya… Musa, demikian pula Aku, manusia yang tidak beriman, yang hatinya kosong dari pada Iman, adalah seperti gandum yang gubuk itu, karena mereka kosong dari pada iman, dia tidak mau tunduk kepada-Ku, maka iman itulah yang berharga disisi-Ku. Karena iman itulah ia taqwa kepada-Ku. Kepada mereka yang kosong dadanya dari pada iman adalah tempatnya dalam neraka, menjadi umpan api neraka, demikian Aku lakukan. Kata Allah kepada orang yang berbuat mungkar.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Dari dialog Nabi Musa diatas dapat kita ambil hikmah dalam kehidupan ini, bahwa iman dan taqwalah yang paling berharga disisi Allah SWT. Oleh karena itu, disamping kita meningkatkan ketaqwaan kepada Allah, maka perlu sekali untuk menegakkan amar makruf dan mencegah amar mungkar. Dirasa perlu untuk menganjurkan kebaikan dan melarang kemungkaran. Menyampaikan hal-hal yang baik dan melarang perbuatan keji. Sebab yang baik selamanya bermanfaat, dan yang keji selamanya membahayakan.

Allah Maha Pemurah, dermawan adalah sifatnya, sebagaimana hidup adalah sifatnya dia Maha Melihat, Dia Maha Membari, memberi ampun lebih disukai dari pada menghukum. Allah menyediakan neraka untuk yang bersalah, tetapi bukan merupakan kekejaman, melainkan karena keadilan semata.

Allah SWT. selalu memberi tuntunan melalui para Rasul-Nya agar manusia jangan menempuh jalan yang salah. Peringatan Allah tentang siksaan Neraka ibarat rambu-rambu yang dipasang polisi disetiap simpangan atau tepi jalan yang berbahaya. Misalnya kita menjumpai rambu-rambu jalan menanjak dan licin. Apabila sopir, mengabaikan peringatan itu, maka mobinya akan selip atau terperosok ke jurang. Siapakah yang salah ? sopir itu sendirilah yang tidak mentaati peringatan.

Banyak manusia yang justru dengan kenikmatan yang dimilikinya membuat hatinya mati, tertutup rapat dan terkunci. Kendati beribu nasehat terlontar, keangkuhan semakin mengakar telah mengalahkan nurani dalam diri.

Karena itulah Nabi dan Rasul yang diutus Allah kepada umat manusia. Dia adalah rambu-rambu, dia adalah orang yang memberi peringatan dan menunjukkan kejalan yang benar dimuka bumi ini. Nabi dan Rasul merupakan manusia pembawa amanat Allah. Diutusnya Nabi dan Rasul kepada kita agar manusia selalu ingat tentang tujuan Allah menciptakan dirinya, karena itu janganlah sampai terlena menuruti bujukan setan dan Iblis yang selalu ingin menjerumuskan kita.

Kemaksiatan dan kelalaian ibarat sebuah pohon bambu yang bengkok, akan tetap dibiarkan bengkok lebih lama ditempatnya. Keimanan dan ketaqwaan serta kedermawanan laksana bambu yang tegak dan lurus, satu persatu telah ditebang untuk keperluan yang bermanfaat. Sementara bambu yang bengkok akan lebih lama ditempatnya menikmati umur yang panjang karena pemilik bambu belum mau menebangnya. Tapi bambu yang bengkok kelak akan ditebang, disaat itulah nasib tragisnya dimulai, karena hanya dapat digunakan untuk kayu bakar saja. Nasibnya berbeda dengan bambu yang berkualitas baik yang dapat terus bertahan lama sebagai pendukung bangunan rumah, kursi dan meja, asesoris ruangan tamu, dengan hiasan nan indah.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Terlena dengan kemewahan dan kesenangan serta kemaksiatan, hanya akan mengulur waktu untuk menambah gelimang noda dan dosa. Sehingga tak ubahnya seperti gandum yang kosong dan bambu yang bengkok tadi yang tragis diakhir hidupnya.

Oleh sebab itu hendaklah kita mengikuti ajaran agama, karena ajaran agama selalu dalam kebenaran. Rasulullah SAW. membawa kitab suci al-Qur’an yang merupakan wahyu dari Allah. Didalamnya penuh dengan ajaran-ajaran kebenaran, peringatan agar manusia insyaf bahwa dirinya adalah makhluk Allah yang berhak menerima rahmat-Nya, adapun rahmat diakherat berupa kehidupan di Surga.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Akhirnya marilah kita berdo’a, semoga Allah selalu memberikan rahmat dan petunjuknya kepada kita sehingga kita dapat menjaga diri dan keluarga kita dari siksa api neraka, dan dapat masuk kedalam Surga Allah SWT. kelak di aKherat. Amin ya robbal ‘alamin.


Adab Sunnah Sehari-hari

Bab Kepada Pemimpin

Dan Adab-adabnya (bag. 1)


Kedudukan Pemimpin

§ Allah brfirman, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya, serta para pemimpin kalian”. (An-Nisa’ : 59)

§ Pemimpin yang adil adalah suatu nikmat. Rakyat hendaknya bersyukur jika mendapatkan pemimpin yang adil. (Abu Nashr Samarqandi)

§ Tidak boleh menghina pemimpin muslim. Barangsiapa menghina penguasa Allah dimuka bumi, maka ia akan dihinakan oleh Allah. (Tirmidzi)

Kataatan

§ Wajib mentaati pemimpin, walaupun fisik dan rupa mereka bagaikan hamba Habsyi. (An-Nisa’ : 59 – Bukhari) * Maksudnya walaupun pemimpin itu lebih rendah derajatnya dari pada kita.

§ Kewajiban mentaati pemimpin hanya dalam hal kebaikan. Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Hendaknya mentaati pemimpin sebatas kemampuan. Setelah diusahakan dengan penuh kesungguhan. (BUkhari, Muslim)

§ Haram mendurhakai pemimpin yang mentaati Allah. Barangsiapa mendurhakainya, lalu mati, maka ia mati jahiliyah. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Hendaknya tetap mentaati pemimpin, baik dalam hal yang menyulitkan atau memudahkan, yang menyenangkan maupun yang menjemukan, ataupun ketika ia tidak mempedulikan kita. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai, jangan sampai berpecah belah. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Wajib menunaikan kepercayaan yang telah diberikan oleh pemimpin dengan segenap kemampuan. (Muslim)

Jika Pemimpin Bermaksiat

§ Apabila pemimpin berbuat maksiat, jangan memberontak terhadap pemimpin. Akan tetapi bencilah perbuatan maksiatnya, dan jangan lalai dalam mengingatkannya. Bersabarlah dan ajaklah mereka kepada kebaikan dengan hikmah dan bijaksana. (An-Nahl : 125 – Bukhari, Muslim). Hal itu akan lebih selamat dan menyelamatkan. (Ahmad)

§ Apabila pemimpin bersifat egois, tetaplah memenuhi kewajiban kepadanya dan kita memohon hak kita kepada Allah. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Rasulullah SAW. diperintah dengan lima hal, (1) Berjamaah. (2) Mendengar. (3) Mentaati. (4) Hijrah. (5) Jihad fisabilillah.

§ Jangan menentang pemimpin, walaupun ia tidak baik kepada rakyat, selama ia masih mengerjakan shalat. (Muslim)

Do’a dan Dakwah

§ Dianjurkan agar selalu mencintai dan menyayangi pemimpin kita, serta memohonkan ampunan kepada Allah bagi mereka. (Al-Hasyr : 9 – 10)

§ Hendaknya selalu membantu dan mendukung para pemimpin dalam setiap urusan kebenaran. (Al-Maidah : 2)

§ Jangan sungkan dalam menyampaikan yang hak kepada pemimpin. Jihad yang terutama adalah menyampaikan yang hak di hadapan pemimpin. (Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar