Sabtu, 04 April 2009

Mengikuti Perintah Allah Dengan Istiqomah

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (An-Nisa’ : 103)


Dari dalil diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa dalam perkara shalat, orang beriman mengikuti perintah Allah yang telah ditentukan waktunya, bukan kehendak sendiri. Orang yang beriman akan mengikuti perintah Allah walaupun keadaan atau kondisi yang berbeda-beda.

Dalam amal agama setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu : menjaga waktu dan menjaga amal. Seseorang yang tidak menjaga waktu dan amalnya tidak akan dapat mencapai derajat ikhsan disisi Allah. Menjaga waktu dan amal sama maknanya dengan istiqomah.

Allah SWT. menyukai amal yang dikerjakan secara terus menerus walaupun sedikit, oleh karena itu setiap amalan harus diperhatikan waktunya dan kita luangkan waktu khusus dan selalu dipikirkan.

orang yang tidak istiqomah dalam amalnya, seperti orang yang membangun rumah, ditengah-tengah membangun kemudian ditinggalkan. Membangun rumah lagi, belum selesai kemudian ditinggal lagi, demikian seterusnya. Dengan cara seperti ini kapan rumah dapat terwujud dan kapan kita dapat tinggal dirumah tersebut? Kita tidak akan dapat tinggal dirumah tersebut, kita tidak bisa istirahat dirumah tersebut karena kita tidak mau menyempurnakan pembangunannya.

Rasulullah SAW. bersabda kepada para sahabatnya, “Kamu jangan seperti si Fulan, dia dulu selalu shalat malam, kemudian amal itu ditinggalkannya dan tidak shalat malam lagi”. Orang yang sudah memulai amal, kemudian meninggalkan amal tersebut, itu suatu pertanda bahwa keyakinannya lemah, keyakinannya terhadap amal tersebut berkurang, dan dia merasa tidak berhajat kepada amal tersebut.

Seorang karyawan, pegawai, pedagang atau petani, setiap hari pergi bekerja dan terus menerus bekerja, walaupun hujan atau panas bahkan ketika sakitpun tetap berusaha bekerja, karena ia merasa berhajat kepada pekerjaannya itu. Kalau kita merasa berhajat kepada pekerjaan, maka insya Allah kita akan istiqomah.

Kenapa istiqomah itu penting? Karena dengan istiqomahlah dapat membuktikan yang sejati atau kamuflase saja. Allah SWT. ciptakan dunia ini dalam keadaan yang berubah-ubah, kadang mengembirakan, kadang menyusahkan, kadang menyenangkan, begitu terus menerus dan setiap keadaan pasti selalu berpasangan. Orang beriman hidupnya mengikuti perintah Allah bukan mengikuti keadaan-keadaan yang terjadi.

Orang beriman terbagi menjadi dua golongan, yaitu : Golongan pertama, adalah golongan orang yang hidup dengan cara melihat keadaan-keadaan, sehingga hidupnya disesuaikan dengan keadaan-keadaan tersebut. Kalau ada suasana yang sesuai dia hidupkan agama, sedangkan apabila tidak sesuai ia tinggalkan agama. Orang seperti ini imannya belum teruji.

Golongan kedua, dia melihat keadaan-keadaan dan berfikir apa perintah Allah dalam keadaan-keadaan tersebut. Kemudian mengikuti perintah Allah dalam keadaan tersebut. Bila keadaan menyenangkan Alhamdulillah tetapi bila keadaan menyulitkan bersabar, orang seperti ini imannya insya Allah sudah teruji.

Ibadah-ibadah dalam Islam, seperti shalat , puasa, haji dan lain sebagainya, tertibnya ditentukan dengan penanggalan Bulan bukan dengan penanggalan Matahari. Karena ibadah dalam Islam mengikuti perhitungan Qomariah maka perhitungan waktu ibadah menjadi berbeda dengan Syamsiah. Kita masih termasuk beruntung tinggal didaerah tropis yang perbedaan waktunya tidak terlalu mencolok dibandingkan dengan Negara lain yang jauh dari khatulistiwa.

Di Afrika Utara dan Tengah juga Asia Selatan, musim panas kadang jatuh pada bulan Juni dan Juli tetapi kadang bulan Nopember dan Desember. Kalau pada waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan panasnya luar biasa. Waktu siangnya panjang sedangkan waktu malamnya pendek. Meskipun demikian orang beriman yang tinggal disana tetap harus berpuasa.

Demikian pula waktu shalat bila waktu siangnya panjang, maka waktu malamnya menjadi pendek. Hal ini mengakibatkan jadwal shalatnya berbeda drastis dibandingkan dengan di Indonesia. Suatu contoh waktu shalat Shubuh pukul 03.30 dan shalat Maghrib bisa pukul 20.30 waktu setempat, dapat kita perbandingkan dengan di sini.

Sebaliknya kalau musim dingin malamnya panjang dan siangnya pendek, contohnya : shalat Shubuh pukul 07.30 dan shalat Maghrib waktunya pukul 17.00 waktu setempat.

Meskipun demikian bagi orang yang beriman mengikuti perintah Allah itulah yang utama bukan mengikuti keadaan-keadaan. Karena keadaan-keadaan itu merupakan ujian terhadap keteguhan iman kita.

Waktu shalat tersebut telah ditetapkan oleh Allah SWT. dan tidak berubah-ubah, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk mendirikan shalat walaupun keadan yang berubah-ubah.

Kalau kita mau berfikir lagi bagaimana keadaan orang beriman yang mau beribadah di daerah kutub utara dan kutub selatan yang siangnya hanya beberapa jam saja? Tentu jawabnya tetap beramal sesuai perintah Allah dengan pedoman ilmu-Nya.

Demikian pula masalah haji, kadang jatuh pada musim panas, kadang jatuh pada musim dingin, walaupun demikian waktu haji tidak berubah. Musim boleh berubah tetapi kita tetap istiqomah dalam menunaikan perintah Allah dalam keadaan yang berubah bagaimanapun.

Hikmah dari ketentuan-ketentuan tersebut supaya kita hidup mengikuti keadaan. Adapun ahli dunia, mereka punya jalan lain. Pada saat musim panas mereka punya tertib ada liburan musim panas, dan ada pula liburan musim dingin.

Demikian pula masalah pakaian mereka mengikuti musim, ada pakaian musim panas dan ada pula pakaian musim dingin. Tetapi kita berpakaian mengikuti perintah Allah bukan mengikuti musim, seperti seorang wanita tetap berjilbab tanpa memandang apakah musim panas ataupun musim dingin.

Ringkasnya dalam keadaan apapun kita tetap mengikuti perintah Allah SWT. Keadaan-keadaan datang kepada manusia, sedangkan manusia ini lemah. Manusia kadang-kadang sakit, kadang-kadang sehat, kadang-kadang dirumah, kadang-kadang dalam perjalanan.

Disamping itu keadaan manusia sendiri berubah-ubah juga, kadang-kadang kaya, kadang-kadang miskin. Oleh karena itu Allah SWT. telah memberikan kepada kita dua perkara untuk menghadapi keadaan-keadaan ini yaitu dengan ilmu dan dzikir.

Untuk apa ilmu dan dzikir? Sebagai contoh, ada seorang yang sedang sakit dia tidak dapat berdiri dalam shalat, padahal berdiri dalam shalat adalah rukun. Maka disinilah pentingnya ilmu.

Kemudian dia datang kepada seorang ‘alim dan bertanya : “Saya tidak dapat berdiri dalam shalat, apa yang harus saya lakukan? Apakah saya harus

tinggalkan shalat?”

Orang ‘alim menjawab : “Jangan kamu tinggalkan shalat, kamu dapat shalat dengan duduk”.

Dalam setiap keadaan kita harus berfikir apa perintah Allah dalam keadaan-keadaan tertentu, sehingga kita hidup dengan mengikuti perintah, bukan mengikuti perubahan keadaan.

Rasulullah SAW. diutus untuk memberikan ilmu bagaimana cara mengatasi keadaan-keadan tersebut, serta apa perintah Allah dalam berbagai macam keadaan itu.

Maksud ilmu adalah mengetahui perintah-perintah Allah dalam berbagai keadaan. Kalau kita sudah mengetahui perintah Allah dengan ilmu tersebut, lalu taat kepada-Nya inilah yang dinamakan dzikir. Taat kepada Allah itulah yang dinamakan ingat kepada-Nya, karena orang yang taat pasti ingat Allah.

Apabila hal tersebut mampu kita wujudkan dalam diri kita secara terus menerus, inilah yang dinamakan dengan istiqomah. Istiqomah itu pada awalnya berat, meskipun berat tetapi kalau seseorang berusaha terus menerus dan ada keyakinan, maka akhirnya akan mudah.

Pada dasarnya nafsu manusia tidak dapat taat, karena itu manusia harus dapat menahan dan mengendalikan nafsunya supaya dia dapat istiqomah. Setelah istiqomah, maka lama kelamaan amal itu akan menjadi suatu kelezatan, dan mengikuti perintah Allah menjadi suatu yang sangat menyenangkan.

Kemudian apabila ada amal yang ketinggalan, maka dia akan sedih dan menyesal, karena amal itu sudah menjadi kecintaannya. Mudah-mudahan kita dapat mencapai semua itu.

Amiin.



Adab Sunnah Sehari-hari

Bab Kepada Pemimpin

Dan Adab-adabnya (bag. 3)


Persatuan

§ Memecah belah persatuan kaum muslimin, adalah dosa yang sangat besar. Dan laknat Allah atas orang yang memecah belah. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Jangan sekali-kali hanya berjuang dengan niat membela suatu golongan/partai. Barangsiapa mati untuk membela golongan, sesungguhnya ia mati jahiliyah. (Muslim)

§ Jangan sekali-kali keluar dari persatuan, walaupun pemimpinnya tidak baik. (Muslim)

Pergaulan dengan pemimpin

§ Barangsiapa dekat dengan penguasa, kadang-kadang menyebabkan dirinya jauh dari Allah. (Tanbihul Ghafilin)

§ Berdekatan dengan penguasa, dapat menjadi fitnah, maka dianjurkan untuk menjauhi tempat-tempat fitnah, yaitu pintu-pintu penguasa. (Huzaifah ra.)

§ Seseorang yang belajar Al-Qur’an dan memperdalam agama, kemudian ia mendatangi pintu-pintu penguasa, lalu menjilat dan taat dihadapan mereka, maka ia telah terjerumus ke dalam Jahanam, sejauh langkah yang ia langkahkan. (Makhul ra.)

§ Barangsiapa bergaul dengan penguasa, kemudian terjerumus kedalam urusan dunia, maka sungguh ia telah mengkhianati Rasul-Nya. (Anas ra.)

§ Tiada yang lebih berbahaya bagi umat akhir zaman ini dari pada tiga hal :

1. Cinta uang

2. Cinta kekuasaan

3. Mendatangi pintu penguasa. (Abu Hurairah ra.)

§ Seseorang yang melakukan shalat wajib dan dia tidak dekat dengan penguasa, lebih utama dari pada orang yang berpuasa setiap hari, haji, berjihad, shalat tahajjud sepanjang malam, tetapi ia dekat dengan penguasa. (Abu Laits Samarqandi)

§ Berhubungan dekat dengan penguasa, dapat mendorong kepada tiga hal :

1. Berusaha untuk menyenangkan mereka

2. Mengagung-agungkan mereka karena dunia mereka

Text Box: Penerbit :  Yayasan Al-Manshur.  Pemateri :  A. Rahman Aceh, Drs. Fahrurrozi.  Pemimpin Umum/Redaksi :  Faisol Fanani.  Staf Redaksi :  Novi Indra, Arief.  Marketing :  Surandi, Hendra.  Alamat Redaksi :  Masjid An Nur, Jl. Yos Sudarso RT 5 Kelurahan Simpang Periuk, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II, Kota Lubuklinggau, Profinsi Sumatera Selatan. HP 081928665458   E-mail :  annurcentre.fanani@gmail.com  infaq :  Rp 250/eksmembenarkan perbuatan mereka walaupun salah. (Abu Laits Samrqandi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar