(Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim)
D |
ari dalil diatas dapat diketahui bahwa kejayaan, kebahagiaan di dunia dan di akherat adalah semata-mata bergantung kepada sejauh mana penghambaan kita kepada Allah SWT.
Kita semua lupa untuk menyembah Allah karena kesibukan mencari nafkah atau kesenangan dunia. Kita mengorbankan shalat demi untuk mendapatkan beberapa keping dan lembar rupiah. Seolah rupiah tersebut dapat menjamin secara hakiki kebahagiaan dan kejayaan kita. Dengan mengabaikan agama kita berharap masalah rezeki akan dapat diselesaikan. Bagaimana hal ini dapat terwujud sedangkan pemberi rezeki itu sendiri menyatakan Dia tidak akan menghapuskan kemiskinan, kegelisahan, kebimbangan jika tidak mentaatinya.
Sebuah hadits shahih menyatakan bahwa Allah SWT. berfirman : “Jika manusia mentaati perintah-Ku, Daku akan datangkan hujan kepada mereka pada malam hari sedangkan mereka tidur dan menjadikan matahari bersinar sepanjang hari (agar urusan mereka tidak terganggu) dan mereka tidak akan mendengar bunyi halilintar (yang menyebabkan rasa takut)”.
Didalam kitab Ihya’ Ulumiddin diriwayatkan, pernah terjadi kekurangan makanan dimasa Nabi
Sufyan ats Tsauri menceritakan bahwa di zaman Bani Israil terdapat satu kejadian kekurangan makanan yang terlalu picik selama 7 tahun, dimana orang-orang mulai memakan bangkai tumbuhan kerang, sampai nyaris bangkai manusia. Penderitaan orang-orang sangat menyedihkan, setiap hari pergi kegunung-gunung dan hutan-hutan untuk berdoa dan shalat Istisqo’. Allah SWT. berfirman kepada Nabi-Nya pada waktu itu, betapapun lidah-lidah kamu kering dengan memanjatkan do’a dan tangan-tanganmu menadah kelangit, Daku tidak akan belas kasih kepada siapapun yang menangis sehingga kezhaliman-kezhaliman yang merata dikalangan kamu dihapuskan dan bertobat.
Dalam buku-buku sejarah dan hadits-hadits banyak sekali menceritakan hal-hal tersebut diatas, dapat kita simpulkan bahwa kejayaan, kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat tergantung amal baik dan ketaatan pada hukum Allah. Akan tetapi sebaliknya kegagalan, kehancuran dan kebinasaan kita disebabkan amal buruk dan penentangan terhadap hukum-hukum Allah.
Kita selalu mengeluh dengan kezhaliman pemerintah, tetapi tidakkah kita pernah memperhatikan sabda Rasululah SAW. yang menerangkan, baik buruknya pemerintahan sebagai akibat langsung dari amal-amal kita, dalam hadits yang lain dikatakan, sebagaimana keadaanmu (amal-amalmu) maka begitulah pemerintah yang akan diletakkan atasmu. Dengan demikian jika kita ingin untuk diperintah oleh orang-orang yang terbaik dan terpilih, rubahlah amal-amal kita kearah kebaikan jangan mengutuk penguasa / pemimpin karena hal itu termasuk fitnah, mengumpat, ghibah.
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW. menytakan, Allah SWT. berfirman : “Daku adalah Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku. Dakulah Tuhan dari segala raja, Daku memegang hati para raja didalam tangan-Ku. Bila orang-orang mentaati-Ku, Daku mengganti hati para raja menjadi belas kasih serta sayang kepada mereka. Bila mereka mengingkari-Ku, Daku akan memalingkan hati raja-raja kearah kemarahan dan dendam keatas mereka dan dengan demikian mereka (raja-raja) meletakkan mereka didalam kesusahan dan penderitaan. Maka daripada kamu mengutuk mereka, kembalilah mengingat-Ku dan memohn kepada-Ku supaya Daku dapat melindungi-Mu dari kekejaman mereka”.
Perkara diatas telah banyak diriwayatkan beberapa hadits, satu do’a dari hadits menyatakan : “Ya Allah, kami memohon supaya jangan meletakkan keatas kami, karena dosa-dosa kami, orang-orang yang tidak belas kasih kepada kami”. Allah berfirman : “Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zhalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”. (Al-An’am : 129). Berbagai keterangan diberikan mengenai ayat diatas. Pengarang kitab Jalalain telah membuat penafsiran yang tepat yaitu orang-orang yang zhalim, oleh karena amal-amal yang buruk, diperintah oleh pemerintah yang kejam. Qatadah ra. berkata : “Jin-jin yang zhalim diletakkan keatas orang-orang yang zhalim”.
Umar bin Khattab ra. berkata : “Telah diriwayatkan kepada ku Nabi
Rasulullah SAW. bersabda : “Hendaklah menyeru kepada yang haq dan melarang dari yang bathil jika tidak Allah SWT. akan melantik orang-orang yang paling jahat dari kalangan manusia sebagai pemerintahmu. Kemudian do’a dan permohonan, walaupun dari yang terbaik diantara kamu tidak akan diperkenankan”.
Sebagian besar kita tidak dapat mengerti mengapa do’a orang–orang yang shalih tidak diperkenankan. Berapa banyak kita telah menyeru manusia melakukan yang haq dan melarang yang bathil. Jika amar ma’ruf nahi munkar ditinggalkan apakah ada harapan do’a akan diterima ?
Jika Allah ingin memperbaiki suatu masyarakat dia melantik orang-orang yang bermurah hati sebagai pemerintah (yang tidak berlaku kejam) dan ulama menghakimkan perkara dengan pengetahuan, keputusan yang benar dan adil. Orang yang pemurah diamanatkan harta, dengan itu semua orang mendapatkan manfaatnya. Bila suatu masyarakat (karena amal buruk mereka) maka orang orang jahil dijadikan pemerintah, orang yang buta huruf / buta hati menjadi hakim, dan harta dalam pengurusan dan penjagaan orang bakhil.
Hadits lain menyatakan : “Bila Allah SWT. murka dengan suatu masyarakat dan tidak melepaskan kemurkaan-Nya yang amat sangat, seperti terbelahnya bumi akibat gempa, tenggelamnya sebagian daerah, maka dia akan menaikkan harga-harga, menahan hujan dan meletakkan orang-orang yang paling jahat sebagai pemerintah / pemimpin”. Dalam hadits lain Allah berfirman : “Daku membalas terhadap orang yang padanya terletak sebagian kemurkaan-Ku melalui mereka yang terletak sebagian lagi kemurkaan-Ku (Daku menggunakan orang yang zhalim itu untuk menindas orang zhalim yang lain). Dan kemudian Daku lemparkan mereka kedalam Neraka (Na’udzubillahi min zalik)”. Sebab itulah dinyatakan dalam sebuah hadits, jangan mengutuk pemerintah, do’akan untuk kebaikan mereka karena dalam pembawaan mereka itulah letaknya kebaikanmu (kutukan, hinaan dan cacian tidak akan dapat merubah kezhaliman pemerintah, hakim dan wakil rakyat).
Hadits lain menyatakan : “Janganlah kamu mengutuk raja-raja tapi carilah pendekatan kepada Allah SWT. dan berdo’a dengan penuh khusyu’ kepada-Nya supaya hati mereka lembut kepadamu”.
Makih bin Ibrahim berkata : “Kami sedang duduk bersama Ibnu ‘Aun. Orang–orang mulai mengatakan tentang Bilal bin Abi Bardah dan mengutuknya. Ibnu ‘Aun berdiam diri. Mereka memberitahukannya bahwa mereka mengutuk Bilal adalah semata-mata karena Ibnu ‘Aun (membela), karena Bilal menzhaliminya”. Ibnu ‘Aun menjawab : “Tiap perkataan dicatatkan didalam buku amalku dan akan dibacakan dihari kiamat. Aku sungguh-sungguh berharap supaya terdapat seberapa banyak Laa ilaha illallah yang capat diucapkan dibanding tuduhan kepada siapapun”.
Suatu ketika orang mengutuk Hajaj dan disitu ada orang yang kemudian memperingatkan : “Jangan mengutuk, apa saja yang terjadi karena amal kamu sendiri. Aku takut kalau Hajaj dipecat atau mati, kera atau babi hutan akan diangkat jadi pemerintah kamu”.
Perbuatan-perbuatan adalah pemerintah-pemerintahmu merupakan suatu peribahasa yang terkenal. Sebagian orang menganggap hadits padahal bukan. Maknanya, sebagaimana perbuatan-perbuatanmu, maka demikian jugalah pemerintah yang akan diletakkan keatasmu. Rasulullah SAW. bersabda : “Siapa yang takutkan Allah, dia akan membuat tiap sesuatu takut kepadanya. Dan siapa yang tidak takut kepada Allah, hatinya akan dipenuhi dengan ketakutan kepada segala sesuatu. Wallahu a’lam.
Adab Sunnah Sehari-hari
Bab Pemimpin Kepada Rakyat
Dan Adab-adabnya (bag. 3)
§ Sejahat-jahat manusia ialah penguasa zhalim lagi bengis. (Ahmad, Baihaqi)
§ Tiga perkara yang sangat Rasulullah SAW. takuti atas umatnya : 1. Meminta hujan dengan bintang-bintang. 2. Kezhaliman pemimpin. 3. Mendustakan takdir. (Misykatul Mashobih)
Pegawai Staff
§ Bagi seorang pemimpin itu ada dua macam pendamping : Pendamping yang baik dan buruk. (Bukhari, Baihaqi, Ahmad)
§ Pemimpin hendaknya mencari pegawai yang jujur. Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang penguasa, maka akan dipilihkan baginya seorang menteri yang jujur, yang mau mengingatkan atasannya jika ia lupa, dan membantunya jika dibutuhkan. (Abu Dawud)
§ Pemimpin harus selalu menyuruh pegawainya agar memberi kemudahan kepada rakyat, jangan menyulitkan. (Muslim)
§ Kesalahan pegawai, juga tanggung jawab pimpinan. (Muttafaqun ‘Alaih)
Kepada Rakyat
§ Seorang pemimpin sangat berperan dan berpengaruh terhadap rakyat. Rusaknya rakyat disebabkan rusaknya pemimpin. (Al-Ghazali)
§ Pemimpin wajib menasehati rakyatnya agar mentaati Allah. (Muttafaqun ‘Alaih)
§ Jangan mengkhianati rakyat. Pemimpin yang mengkhianati rakyatnya dan tugasnya, pada hari kiamat nanti akan dihadapkan dalam keadaan terbelenggu. (Daromi)
§ Jangan sekali-kali menipu rakyat. Allah haramkan Surga bagi pemimpin yang menipu rakyatnya. (Bukhari, Muslim)
§ Tidak akan masuk Surga, petugas yang menetapkan pungutan sepersepuluh dari penghasilan rakyat. (Ahmad, Abu Dawud, Daromi) * Pajak atas rakyat, dianjurkan kurang dari sepersepuluh pendapatan.
§ Pemimpin harus selalu memperhatikan keadaan rakyat. Barangsiapa dijadikan pemimpin oleh Allah lalu ia tidak memperhatikan hajat mereka, maka Allah tidak akan memperhatikan hajatnya. (Abu Dawud, Tirmidzi)
Gaji Pemimpin
§ Seorang pemimpin boleh mendapatkan gaji dari harta kaum muslimin (Baitul Maal) dengan jumlah secukupnya saja (yaitu menurut musyawarah). (Bukhari)
§ Fasilitas yang dibolehkan bagi seorang pemimpin dari Baitul Maal kaum muslimin, ialah : tempat tinggal (rumah dinas), pelayan. Jika lebih dari itu, maka tergolong pencurian harta rakyat. Dan hal itu pun boleh diambil, jika ia belum memiliki keduanya. (Abu Dawud, Ahmad)
§ Jangan sekali-kali menerima suap. Rasulullah SAW. sangat mengutuk penyuap dan yang disuap. (Abu Dawud, Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar