Senin, 09 Maret 2009

Maulid Nabi Muhammad SAW.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW. itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab : 21)

S

udah menjadi suatu kebiasaan bagi umat Islam setiap tahun mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW., walaupun sebenarnya peringatan tersebut tidak dilakukan oleh Beliau SAW. pada waktu masih hidup. Demikian pula oleh para sahabat Beliau. Pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. mulai dilaksanakan pertama kali oleh Raja yang beragama Islam yaitu Muzaffar Abu Said yang berasal dari kerajaan Irbil, sekitar tahun 586 hijriyah.

Text Box: Tidak dibaca saat khatib berkhutbah di mimbarMuzaffar Abu Said melaksanakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW. tersebut mendapat dukungan dari rekan-rekan dekatnya. Disamping acara pemberian ceramah yang menguraikan sekitar kelahiran manusia pilihan Allah SWT. ini juga mengutamakan dan menyebutkan akhlak pribadi Beliau SAW. yang mulia, yang patut menjadi contoh bagi kita semua. Selanjutnya dipaparkan pula perjuangan Beliau SAW. yang gigih dalam menyampaikan risalah kerasulannya, membawa agama Islam yang di redhoi Allah Tuhan Pencipta alam semesta. Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam Firman-Nya : “…….., pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku redhoi Islam sebagai agamamu”. (Al-Maidah : 3)

Dengan adanya ayat tersebut, jelas sekali bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW. adalah untuk menyampaikan agama yang benar kepada manusia, agama yang sempurna, agama yang lengkap agar dapat mengatur keselamatan manusia di dunia dan akherat nanti. Beliau SAW. dilahirkan untuk menjadi Rasul bukan hanya untuk bangsa Arab saja tapi seluruh manusia, sebagaimana Firman-Nya : “Dan Kami jadikan engkau Rasul bagi manusia, dan cukuplah Allah saja yang menjadi saksinya”. (An-Nisa’ : 79)

Memperingati hari kelahiran Beliau SAW. yang mulia ini, bukan sekedar menyebut-nyebut tanggal lahirnya, namun lebih dari itu ialah membicarakan akhlak, pribadi Beliau dalam memimpin diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Begitu pula untuk mempelajari dan mengamalkan agama yang Beliau bawa, agama yang menyelamatkan manusia di dunia dan akherat.

Dari sekian banyak karakteristik Rasulullah SAW., yang paling menonjol dari segi akhlak Beliau yang tiada bandingannya, meskipun anda kumpulkan seluruh budi pekerti mulia yang di miliki manusia di dunia ini. Memang benar, tingkah laku, moral yang terpuji bisa saja dilakukan setiap orang pada setiap zaman, tetapi apa yang ada pada diri Rasulullah SAW. mempunyai nilai lebih. Allah sendiri menyampaikan kepada Beliau SAW., “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al-Qolam : 4)

Suatu ketika Sa’ad bin Hisyam bertanya kepada ‘Aisyah r. ha perihal akhlak Rasulullah SAW., ‘Aisyah balik bertanya, “Apakah kamu membaca Al-Qur’an?” “Tentu saja”, jawab Sa’ad lalu ‘Aisyah berkata : “Akhlak Beliau SAW. adalah Al-Qur’an”.

Ketika Rasulullah SAW. berda’wah ke Thaif yang didapatkan malah cacian, hinaan bahkan lemparan batu hingga tubuh Rasulullah SAW. berdarah. Demikian beratnya ujian dan hinaan tersebut sehingga Malaikat pun menawarkan bantuan kepada Beliau SAW. untuk menghukum kabilah Tsaqif (penduduk Thaif). Malaikat tersebut akan membenturkan 2 buah gunung yang mengelilingi kota Thaif untuk ditimpakan kepada mereka.

Namun Rasulullah SAW. tetap tegar dan membulatkan perlindungannya hanya kepada Allah SWT. Kesabaran siapa yang mampu menandingi kesabaran Beliau SAW. sebagaimana do’anya ketika diusir dari Thaif, “Ya Allah aku mengadukan kepada-Mu akan lemahnya kekuatanku dan sedikitnya daya upayaku dalam pandangan manusia. Wahai yang Maha Rahim dari sekian Rahimin. Engkaulah Tuhannya orang-orang yang lemah dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapakah Engkau serahkan diriku. Kepada musuh yang akan menghinaku ataukah kepada keluarga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal saja aku tetap dalam keridho’anmu. Dalam pada itu ‘afiatmu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya wajahmu yang mulia, yang menyinari seluruh langit dan bumi dan menerangi semua yang gelap dan atasnyalah teratur segala urusan dunia dan akherat, dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanmu atau dari Engkau turunkan atasku adzabmu kepada Engkaulah aku mengadukan urusanku sehingga Engkau ridho. Tidak ada daya dan upaya melainkan melalui Engkau”.

Abdullah bin Amr berkata, “Nabi SAW. masuk ke masjid lalu duduk diantara orang-orang fakir miskin Beliau SAW. memberi kabar gembira tentang Surga kepada mereka sehingga wajah mereka berbunga penuh kegembiraan. Aku (Abdullah bin Amr) merasa sedih karena tidak duduk bersama mereka”.

Abdurrahman bin ‘Auf berkata, “Kami sedang bersama Rasulullah SAW. dalam suatu perjalanan, tiba-tiba kami melihat seekor burung bersama dua ekor anaknya, dua burung itu kami ambil, ketika induknya datang mencicit-cicit”. Rasulullah SAW. datang dan bersabda, “Siapakah yang menyakiti burung dengan mengambil anaknya ? Kembalikan anak burung itu kepadanya”. Beliau SAW. juga melarang menjadikan burung sebagai sasaran anak panah untuk latihan memanah. Barangsiapa hendak menyembelih, diperintahkan untuk mengasah / mempertajam pisaunya dan mempercepat penyembelihannya. Dan jangan menyembelih binatang sementara binatang lain melihatnya. Begitulah kasih sayang Beliau kepada semua makhluk.

Kelembutan Rasulullah SAW. merupakan salah satu sisi penyebab orang-orang yang tadinya benci menjadi cinta, yang tadinya musuh menjadi kawan. Sebagaimana kisah seorang Yahudi menagih hutang kepada Rasulullah SAW., ketika itu Beliau SAW. sedang berada di Masjid bersama sahabat-sahabatnya, si Yahudi menagih dengan berteriak-teriak dan menarik sal (selendang) Rasulullah SAW. sehingga menyebabkan kemerahan di lehernya, melihat hal itu Umar bin Khattab ra. mencabut pedang untuk menebas leher si Yahudi namun dicegah oleh Nabi SAW. dan memerintahkan Umar untuk mengambil uang sebanyak 15 dinar, padahal hutang Beliau SAW. hanya 10 dinar saja, sabda Rasulullah SAW., “5 dinar sebagai ganti perlakuan Umar kepada si Yahudi”, melihat kelembutan pada diri Rasulullah SAW. tersebut maka seketika itu pula si Yahudi menyatakan keIslamannya.

Demikian pula ketika seorang Arab Badui kencing di dalam masjid para sahabat marah, namun Rasulullah SAW. dengan lembutnya menyadarkan orang Badui ini bahwa hal itu tidak baik karena masjid tempat yang suci, tempat orang mendekatkan diri kepada Allah kemudian Beliau SAW. menyuruh sahabat yang marah tadi untuk menyiramkan air diatas tempat kencing orang itu tadi.

Seorang pemuda datang kepada Rasulullah SAW. dan berkata, “Wahai Rasulullah, izinkanlah saya untuk berzina”. Namun Rasulullah SAW. dengan kelembutannya menyentuh nuansa kehanifan fitrahnya dengan bersabda, “Sukakah bila ibumu di zinahi oleh orang lain”. Jawabnya, “tidak”. Nabi SAW., bersabda lagi, “Sukakah bila istrimu di zinahi oleh orang lain”. Jawabnya, “tidak”. Nabi SAW., bersabda lagi, “Sukakah bila saudarimu di zinahi oleh orang lain”. Jawabnya, “tidak”. Nabi SAW., bersabda lagi, “Sukakah bila anak perempuanmu di zinahi oleh orang lain”. Jawabnya, “tidak”. Maka Nabi SAW. bersabda, “Demikian juga orang lainpun tidak mau ibunya, istrinya, saudarinya dan anak perempuannya dizinahi orang lain”.

kedermawanan dalam Islam merupakan salah satu jalan yang dapat menghantarkan ke Surga. Kedermawanan Rasulullah SAW. dapat dilihat dalam hal pembagian harta rampasan perang. Allah SWT. telah menetapkan seperlima harta ghonimah (rampasan perang) andaikata Beliau SAW. hendak menumpuk harta, tentulah akan menjadi konglomerat pada masa itu, suatu contoh harta rampasan perang Hunain mencapai 40.000 ekor domba, 24.000 ekor unta, 40.000 uqiyah perak (@ uqiyah + 30 gr) kalau Rasulullah SAW. mendapat seperlima dari rampasan perang diatas berarti Beliau mendapatkan 8.000 ekor domba, 4.500 ekor unta, dan 8.000 uqiyah perak.

Namun Rasulullah SAW. membagikan semuanya termasuk memprioritaskan kepada pembesar Mekkah yang baru masuk Islam agar hati mereka menjadi tenang dan tenteram. Seperti Abu Sufyan dan Uyainah.

Rasulullah SAW. adalah orang yang paling banyak merasakan lapar, tidak ada makanan dirumahnya sampai melebihi jatah untuk tiga hari, pakaiannya dari bahan kasar dan ketika wafat tidak didapati harta yang dapat diwariskan kepada keluarganya karena telah habis disedekahkan.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad ia berkata, ada seorang wanita menghadap Rasulullah SAW. sambil membawa pakaian, Beliau SAW. langsung memakainya karena memang sangat membutuhkannya. Namun ada seorang sahabatnya melihat itu dan berkata, “Wahai Rasulullah alangkah baiknya pakaian itu dikenakan untukku”. “Baiklah”, jawab Rasulullah SAW., kemudian pakaian itu diberikan kepadanya. Begitulah sebagian kecil keindahan akhlak Rasulullah, kita tidak mampu dan tidak akan sanggup menuliskan sifat dan pribadi Beliau apalagi langsung mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Mudah-mudahan momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. pada bulan Rabiul Awal ini dapat menjadikan pelajaran dan ikrar kita untuk selalu berpegang teguh pada agama yang sangat mulia ini. Amiin. (Penulis adalah Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kab. MURA)


Adab Sunnah Sehari-hari

Bab Pemimpin Kepada Rakyat

Dan Adab-adabnya (bag. 2)


§ Pemimpin hendaknya bersikap lembut terhadap yang dipimpinnya. (Asy-Syu’araa : 215)

§ Pemimpin wajib bersifat adil. Diantara keutamaan pemimpin yang adil, ialah :

ü Akan ditempatkan di mimbar-mimbar dari cahaya. (An-Nisa’ : 58, Muslim)

ü Mendapatkan naungan ‘Arsy Ilahi pada hari Mahsyar. (Bukhari, Muslim)

ü Sebagai orang yang paling dicintai oleh Allah dan paling dekat kedudukannya di sisi-Nya. (Al-Hujurat : 9, Tirmidzi)

ü Sebagai hamba Allah yang paling utama pada hari Kiamat. (Baihaqi)

ü Akan mendapatkan Surga, dan pemimpin yang menyeleweng akan mendapatkan Neraka. (Abu Dawud)

Memutuskan Perkara

§ Jangan sekali-kali mempersulit urusan kaum muslimin. Barangsiapa diberi kekuasaan oleh Allah untuk mengurusi kaum muslimin, lalu ia mempersulit mereka, maka Allah akan mempersulit dirinya. (Tirmidzi)

§ Hakim terbagi tiga macam, dua yang masuk Neraka adalah : Salah dalam memutuskan perkara padahal ia berilmu, dan salah dalam berijtihad padahal ia tidak berilmu. Sedangkan satu yang masuk Surga adalah : Benar dalam berijtihad dan ia berilmu. (Abu Dawud)

§ Hendaklah memutuskan perkara dalam keadaan tenang, konsentrasi, sehat, tidak dalam keadaan sakit, sedih, senang, lapar, ngantuk, marah. (Asy-Syafi’I, Muttafaqun ‘Alaih)

§ Pemimpin hendaklah mendengarkan laporan perkara dari yang mengadu dengan adil, jangan memutuskan sesuatu sebelum mendengar keterangan. Sehingga keputusan menjadi bijaksana. (Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)

§ Pemimpin hendaklah banyak bermusyawarah dalam menunaikan tugasnya dan ketika memutuskan masalah. (An-Nisa’ : 159, Abu Dawud)

§ Pemimpin yang bijaksana adalah yang memutuskan perkara berdasarkan Al-Qur’an, jika tidak ada, maka berdasarkan sunnah Rasulullah SAW., jika tidak, berdasarkan ijtihad sebaik mungkin. (Tirmidzi, Abu Dawud, Daromi)

§ Pemimpin yang memutuskan suatu perkara dengan ijtihad yang sungguh-sungguh, kemudian ijtihadnya itu benar, maka ia mendapatkan dua pahala. Jika ijtihadnya kurang tepat, maka ia mendapat satu pahala. (Muttafaqun ‘Alaih)

Pemimpin Yang Jahat

§ Sejahat-jahat pemimpin ialah yang dibenci dan membenci rakyat. (Muslim)

§ Allah SWT. mengharamkan Surga bagi pemimpin muslim yang mengkhianati rakyatnya. (Muttafaqun ‘Alaih)

§ Bagi pengkhianat akan dipasangkan sebuah spanduk yang bertuliskan, ‘Inilah si pengkhianat fulan bin fulan’. (Muslim)

§ Sejahat-jahat pengkhianat, ialah pengkhianatan pemimpin masyarakat kepada rakyatnya. (Muslim)

§ Pemimpin yang celaka ialah bersikap zuhud terhadap hartanya sendiri, tetapi tamak terhadap harta orang lain. (Abu Bakar ra.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar