Kamis, 03 Desember 2009

Empat Golongan Manusia

Empat Golongan Manusia

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik (Surga). Katakanlah “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah) pada sisi Tuhan mereka ada Surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Dan (ada pula) istri-istri yang disucikan serta ridho Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (yaitu) orang-orang yang berdo’a, “Ya Tuhan kami sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka”, (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah), dan yang memohon ampun pada waktu sahur”. (Al Imron : 14-17)


Allah SWT. mengibaratkan cinta terhadap benda-benda tersebut dengan lafaz kepada “Syahwat” keinginan, Imam Ghazali berkata bahwa, sebutan cinta kepada syahwat (untuk memperbanyak harta) adalah suatu keasyikan. Penyakit ini akan datang, jika hati kosong dari tafakur. Dan mengobati penyakit hati sejak dini sangatlah penting, yaitu dengan banyak berdzikir mengingat kebesaran Allah dan selalu bertafakur siapa kita sebenarnya dan apa tujuan kita hidup didunia ini ? Jika tidak, maka ketika perhatian terhadap duniawi bertambah, akan sangat sulit mengalihkannya. Jika dilakukan sedini mungkin, akan terasa mudah.
Demikian pula cinta terhadap sesuatu yang lain, seperti : cinta harta, pangkat, sawah ladang, anak-anak, cinta terhadap burung (merpati dan lain-lain) bahkan terhadap permainan-permainan dan sebagainya. Apabila seseorang terbelenggu didalamnya, ia akan binasa baik dalam urusan agamanya atau dunianya sebagaimana seseorang yang mengendarai kuda, untuk berbalik ataupun berputar ditempat yang terbuka sangatlah mudah, akan tetapi setelah sampai disuatu pintu dan ingin dibalikkan tentu hanya dengan cara memegang ekornya dari belakang sangatlah sulit. Oleh karena itu sejak awal janganlah hati kita berlebihan mencintai harta. Tetapi ingat tidak mencintai harta bukan berarti tidak boleh memiliki harta, ada orang yang tidak punya harta tetapi dia mencintai harta berlebihan, sehingga dia bersifat bakhil. Kemudian setelah bakhil dia akan berusaha untuk memiliki harta orang lain dengan cara yang tidak halal.
Demikian juga sifat dermawan bukan tergantung kaya atau tidak. Ada orang kaya yang dermawan dan sebaliknya ada orang miskin yang bakhil. Juga ada orang kaya yang bakhil sebaliknya ada orang miskin yang dermawan.
Kebendaan didunia ini terbagi 3 jenis yaitu : benda-benda, tumbuh-tumbuhan, dan hewan-hewan. Dan Allah SWT. telah mengisyaratkan dengan permisalan, agar berhati-hati terhadap istri, anak, sanak keluarga, saudara, kawan-kawan, ringkasnya berhati-hati dalam mencintai sesama manusia, juga mengisyaratkan emas, perak yang berhubungan dengan benda-benda serta berbagai jenis binatang ternak dan tumbuh-tumbuhan, benda-benda itulah yang disebut dengan dunia.
Setelah memberitahu dan memperingatkan hal ini Allah SWT. berfirman bahwa benda-benda itu hanya berguna untuk kehidupan beberapa hari (sementara) didunia ini, sehingga tidak patut manusia mencintai salah satu benda tersebut. Tidak patut hati terpaut kepadanya, hanyalah sesuatu yang berguna dan bekal serta akan membantu di akherat terutama adalah ridho Allah. Ridho Allah adalah segalanya, dan lebih baik dari segala sesuatu yang ada didunia ataupun akherat pada hakekatnya tiada sesuatupun didunia dan akhertat yang dapat mengimbangi ridho Allah. Itulah kesuksesan yang sebenarnya. Tiada kenikmatan yang dapat menyamainya.
Setelah Allah menceritakan tentang keduniaan dengan terperinci pada ayat diatas Allah memperingatkan bahwa semua itu sementara dan sekedar asbab. Berkali-kali Allah mengingatkan benda-benda tersebut di dalam Al Qur’an, baik berupa nasehat ataupun peringatan yang berbeda-beda bagi orang-orang yang mencintai dunia.
Kadangkala berupa ancaman terhadap mereka yang mementingkan kehidupan dunia. Bahkan dinyatakan, bahwa dunia ini tempat tipuan bermaksud agar manusia meyakini hakekat dunia yang sementara dan tidak kekal ini, dunia ini bukanlah sesuatu yang harus dicintai, namun sekedar keperluan.
Dalam tinjauan terhadap keduniaan manusia terbagai 4 golongan yaitu : Pertama, orang yang mempunyai keduniaan yang banyak tetapi dia juga mencintainya, dan berusaha untuk menambahnya. Tipe orang seperti ini akan celaka dunia dan akherat, tidak ada jiwa qona’ah dalam dirinya, zhohirnya dia kaya tetapi hakekatnya miskin. Karena selalu kekurangan dan merasa kurang. Sudah kaya atau punya jabatan masih saja berlaku curang.
Kedua, orang yang mempunyai dunia yang banyak tetapi sekedar keperluan, dia tidak mencintainya, kecuali dibelanjakan atau digunakan di jalan Allah. Dia sadar harta atau keluarga merupakan titipan dari Allah, walaupun hartanya banyak tetapi tidak masuk ke hati karena hatinya hanya ada kekasihnya yaitu Allah SWT.
Tipe orang semacam ini adalah orang yang akan berbahagia didunia dan diakherat, berjiwa qona’ah berserah diri semuanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Dia merasa tidak tahan melihat penderitaan orang lain dan selalu mengekspresikan dirinya bagaimana kalau saya seperti itu ? Jiwa simpatinya cepat keluar, sehingga dia akan begitu mudah untuk membelanjakan harta untuk kebahagiaan orang lain, walaupun banyak keperluan tetapi menunaikan hajat saudara lebih tinggi dan membuat Allah ridho, zhohirnya dia kaya pada hakekatnya juga kaya, karena dia merasa cukup dan rasa syukurnya kepada Allah SWT.
Ketiga, orang-orang yang mempunyai dunia sedikit tetapi dia sangat mencintai dunia. Sehingga jika melihat harta orang lain dirinya iri dan ingin sekali memilikinya karena dia tidak mampu mencari harta yang banyak atau memang rezekinya sebegitu saja, dia mengambil jalan pintas dengan mencuri, merampok, juga judi dan lain-lain.
Apabila jalan pintas melalui mencuri dan merampok resikonya penjara atau mati dihakimi massa. Tipe orang semacam ini akan diadzab Allah didunia dan diakherat, ia miskin lahir bathin. Sudah miskin harta miskin hati, lagi lengkap sudah kehancurannya.
Keempat, orang yang mempunyai dunia sedikit tetapi tidak mencintai dunia. Dia sadar, bahwa Allah dapat memuliakan siapa saja baik kaya maupun miskin karena kemuliaan itu terletak pada ketaatan bukan seberapa banyak harta seseorang itu. Dia menerima ketentuan Allah, hidup apa adanya bukan berarti malas bekerja, jangan salah paham. Tapi dia selalu menggunakan hidupnya, bagaimana dirinya mempunyai iman yang betul, bagaimana dirinya supaya dapat bermanfaat bagi orang banyak zhohirnya dia miskin tetapi hakekatnya di kaya.
Dibandingkan jenis manusia kedua, jenis manusia keempat lebih baik di akherat, setidaknya tidak terlalu banyak pertanyaan Allah mengenai harta ketika didunia dikarenakan dia adalah orang miskin.
Dalam suatu riwayat perbedaan orang kaya yang taat dengan orang miskin yang taat terpaut 500 tahun masuk Surga terlebih dahulu orang miskin yang taat. Hal ini terjadi karena banyak pertanyaan mengenai harta bagi orang kaya tadi. Harta darimana memperolehnya ? Dengan bantuan siapa ? Bentuk pengelolaannya bagaimana? Dibantu siapa saja sampai digunakan untuk apa dan lain sebagainya.
Tetapi orang kaya yang dermawan juga mempunyai kelebihan, setidaknya dia dapat lebih banyak membantu orang lain sehingga dengan bantuannya yang ikhlas Allah akan ridho kepadanya.
Oleh karena itu bila kita termasuk golongan manusia tipe kedua diatas harus banyak bersyukur dan minta ampun kepada Allah karena beratnya penghisaban di akherat nanti.
Dalilnya firman Allah : “Kalau kamu banyak bersyukur maka aku tambah nikmatmu”.
Akan tetapi bila kita masuk kedalam golongan manusia tipe keempat maka sikap yang kita ambil adalah bersabar, karena leibh baik bersabar dalam ketaatan didunia ini dari pada bersabar menunggu penghisaban di padang mahsyar, atau bersabar didalam siksaan neraka. Dalilnya firman Allah : “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Kalau ditinjau dari kedua dalil diatas maka kedudukan sabar lebih tinggi dari pada bersyukur, karena orang yang sabar bersama Allah sedangkan orang yang bersyukur beserta ciptaan Allah (yakni kenikmatan) tetapi jangan coba-coba mendaftarkan diri atau menjadi golongan manusia jenis pertama dan ketiga anda akan celaka, kasihanilah diri kita maut adalah pasti, tidak dapat ditunda atau dimajukan, apabila datang tidak akan sempat lagi berbuat apa-apa, jadi mulai sekarang kita sama-sama berbenah diri, termasuk penulis juga. Wallahu a’lam.







Bab Shalat Berjamaah dan Adab-adabnya (2)


Barisan Shaf
• Tidak lurus shaf dalam shalat berjamaah akan menimbulkan terpecahnya hati ahli jamaah. Sehingga akan membuat perpecahan diantara jamaah. (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah)
• Shaf yang tidak rapat dalam shalat berjamaah akan menjadikan syetan masuk pada celah-celah yang longgar untuk menggoda manusia. (Nasa’i)
• Jangan membuat shaf diantara tiang-tiang masjid sehingga membuat shaf terputus. (Ibnu Majah)
• Jangan menyendiri di belakang barisan shaf dalam shalat berjamaah. Tidaklah sah shalat orang yang menyendiri di belakang barisan shaf. Rasulullah SAW. menyuruh seseorang yang menyendiri dibelakang barisan shaf untuk mengulangi kembalai shalatnya. (Ibnu Majah)

I m a m
• Yang berhak menjadi imam dalam shalat berjamaah adalah :
 Yang lebih banyak hafalan Al Qur’annya, jika sama,
 Yang paling banyak mengamalkan sunnah, jika sama,
 Yang paling dulu hijrah, atau yang paling dulu mengenal agama, jika sama,
 Yang paling tua diantara mereka. (TIrmidzi)
• Makruh menjadikan imam orang yang udzur. (Jumhur ‘Ulama). * Seperti orang yang suka kencing atau buang angin tak terasa.
• Seorang musafir sebaiknya tidak mengimami jamaah shalat orang tempatan. Orang tempatan lebih berhak menjadi imam, hendaknya dengan izin penduduk setempat. (Muslim, Ahmad, Abu Dawud)
• Jangan bermakmum kepada imam yang berhadats atau imam yang tertidur atau mengantuk. (Ibnu Majah)
• Jangan sekali-kali menjadikan imam yang tidak disukai makmumnya, karena ia juga tidak akan disukai Allah. (Ibnu Majah)
• Jika imam benar, maka kebenarannya untuk semua jamaah. Jika imam salah, maka kesalahannya untuk imam sendiri. (Ibnu Majah)
• Rasulullah SAW. menyatakan bahwa akan dating suatu masa dimana orang-orang akan akan shalat berjamaah, tetapi tidak ada imam. (Ibnu Majah)
• Sebelum memulai takbir, imam hendaknya menganjurkan makmum agar meluruskan dan merapatkan shaf. (Bukhari, Muslim, Nasa’i)
• Imam sebaiknya meringkaskan bacaan surat dalam shalat berjamaah. Dikhawatirkan dalam jamaah tersebut ada yang tua, yang udzur, ataupun yang sakit. (Ibnu Majah)
• Imam hendaknya tidak terburu-buru dalam melakukan sujud dan ruku’. Wajib berthuma’ninah dalam melaksanakannya. (Tirmidzi)
• Setelah mengimami shalat, sunnah bagi imam menghadap ke makmum, dengan berputar ke kiri atau ke kanan. (Ibnu Asakir, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Makmum
• Makmum wajib mengikuti gerakan imam. Apabila imam ruku’, makmum pun ikut ruku’, imam sujud, makmum pun sujud dan seterusnya. (Muslim, Ibnu Majah) * Yang harus diikuti adalah gerakan-gerakan shalat saja, selain gerakan shalat makmum tidak perlu mengikutinya.
• Makmum jangan mendahului imam dalam gerakan shalat. Makmum yang mendahului imam, akan bangkit di hari kiamat dengan berkepala binatang. (Bukhari, Muslim)
• Sebaiknya makmum jangan meninggalkan tempat shalat sebelum imam meninggalkan tempat shalatnya, kecuali sangat mendesak. (Nasa’i)
• Apabila imam melakukan kesalahan, maka makmum lelaki menegurnya dengan bacaan tasbih, sedangkan makmum wanita menegur imam dengan tepuk tangan. (Ibnu Majah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar