Kamis, 05 November 2009

Pentingnya Membetulkan Niat

Dalam setiap amal perbuatan, Islam mengajarkan untuk memulai dengan niat baik. Agar amalan yang kelihatannya hanya berbuah dunia, bisa juga berbuah akhirat. Jadi, semua tergantung niatnya ! Innamal a’malu binniyah. Sesungguhnya setiap perbuatan (amal) tergantung niatnya. Agar seluruh kegiatan usaha, pekerjaan dan kebiasaan didunia ini tidak sia-sia, kita harus niatkan untuk mendapatkan akhirat. Karena kehidupan akhirat itulah sebaik-baik kampung halaman untuk kembali. Walal aakhiratu khoirul-laka minal ‘uula. Dan yang tidak kalah pentingnya dari menata niat yang benar karena kebaikan akan mengikuti kita.
Orang yang selalu meniatkan akhirat dalam setiap amal dunianya, ibarat menanam padi. Orang menanam padi (akhirat) biasanya juga mendapatkan rumpun (dunia). Berbeda bila hanya menanam rumput, belum tentu mendapatkan padi, karena jarang sekali padi tumbuh diantara rerumputan. Jadi orang yang meniatkan seluruh kegiatan dunianya dengan tujuan akhirat pasti mendapatkan dunia dan akhirat. Sebaliknya orang yang hanya berorientasi dunia, maka hanya dunia yang diperoleh. Hal ini ditegaskan Rasulullah SAW. sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan TIrmidzi :
“Barangsiapa yang menjadikan dunia ini sebagai satu-satunya tujuan akhir (yang utama), niscaya Allah akan menyibukkan dia (dengan urusan dunia itu), dan Dia (Allah) akan membuatnya miskin seketika, dan ia akan dicatat (ditakdirkan) merana di dunia ini. Tetapi barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuan akhirnya, Allah akan mengumpulkan teman-teman untuknya dan Dia akan membuat hatinya kaya dan dunia akan takluk dan menyerah padanya”.
Selain itu, Allah berfirman melalui hadits Qudsi : “Wahai anak cucu Adam, kalian mencurahkan segala ibadah hanya karena ingin ridla-Ku, pasti akan Aku penuhi hatimu dengan kekayaan. Aku juga akan tutup kefakiranmu. Jika tidak demikian, Aku akan penuhi hatimu dengan segala kesibukan. Aku juga tidak akan menutupi kefakiranmu”. (Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra.)
Dalam bahasa Ary Ginanjar Agustian, penulis buku Emotional Spiritual Quotient (ESQ), bila seseorang ingin sukses dunia – akhirat maka harus mendahulukan komitmen spiritual dari komitmen fisik. Ary kemudian membuat perbandingan dengan Piramida Kebutuhan Abraham Maslow, dengan Piramida Kebutuhan ESQ.
Pada piramida Abraham Maslow, kebutuhan fisik (Basic Need) menempati urutan pertama, kemudian diikuti Safety Need, Social Need, Self Esteem dan Self Actualization, sehingga yang terjadi manusia tidak pernah puas dengan segala kebutuhan dasarnya yang bersifat relatif dan terus berlomba-lomba memperebutkannya bahkan dengan menghalalkan segala cara dan jarang yang berhasil mencapat tingkat aktualisasi diri.
Urutan kebutuhan manusia sesungguhnya sudah diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS. Dalam urutan pelaksanaan ibadah haji, 4500 tahun yang lalu namun kita tidak pernah memahaminya. Urutan tersebut adalah :
Self – Actualization (Aktualisasi diri), yaitu makna di dapat saat Wukuf di padang Arafah ketika manusia menyadari siapa dirinya, dari mana asalnya dan mau kemana dia.
Self Esteem (pengakuan diri), dijawab dengan melontar jamarat (jumroh). Saat itu manusia harus melontarkan segala kesombongan dan kebanggaan yang selama ini justru dikejar.
Social Need (kebutuhan social) yang dibangun dengan thawaf yaitu masyarakat yang memiliki nilai dan prinsip yang sama yang dilambangkan dengan pakaian ihram dan kemudian berputar bersama-sama mengelilingi satu nilai secara harmonis dan damai.
Safety Need (kebutuhan rasa aman) yang dijawab dengna Sa’i, yaitu ketika manusia merasa takut, maka saat itulah justru harus terus bergerak atau bekerja seperti yang dilakukan Siti Hajar yang terus berlari dari bukit Shafa ke Marwah.
Basic Need (kebutuhan dasar) akan terpenuhi dengan cara yang baik dan benar, itulah air zam-zam yang penuh berkah yaitu hasil dari kemenangan mental (EQ) dan spiritual (SQ).
Orang yang berorientasi akhirat selalu berpikir jangka panjang. Implikasinya, dia akan berusaha secara optimal dalam setiap kegiatannya. Dia berusaha untuk tidak berbuat kesalahan sekecil apapun karena akan menurunkan tingkat kepercayaan kepada dirinya. Kalau terlanjur berbuat salah, dia akan memperbaikinya. Dia akan bekerja dengan jujur, amanah dan professional. Orang profesional dan dapat dipercaya dalam bidang apapun akan mendapatkan penghargaan berupa karir yang baik bila dia bekerja dan bisnis berkembang dan rejeki berlimpah bila sebagai pengusaha. Sebaliknya bila orang berorientasi dunia cenderung menghalalkan segala cara yang penting dapat uang.
Bila kita ingin hidup penuh berkah, mau tidak mau suka tidak suka, jadikan akhirat sebagai tujuan akhir. Sebab dengan niat itu kita akan berusaha mendekatkan diri kepada Allah sehingga dia akan memudahkan urusan dunia – akhirat. Itulah salah satu rahasia hidup berkelimpahan. Hal ini juga sesuai dengan tujuan Allah menciptakan jin dan manusia yaitu untuk beribadah.
Masalahnya tidak semua orang menyadari hal ini dan menganggap urusan ibadah hanyalah urusan pahala yang hanya ada diakhirat nanti. Selain itu, kebanyakan orang juga selalu mengharap hasil yang diterima, sebelum melakukan sesuatu dan sebelum diketahui secara jelas (materi) hasilnya. Ini adalah budaya pamrih. Sayangnya, budaya ini secara terus menerus telah diajarkan oleh nenek moyang sampai pada ibu bapak kepada anaknya. Sadar atau tidak orang tua kita sering mengatakan seperti ini, “belajarlah yang baik, nanti kalau naik kelas dibelikan sepatu baru”, “shalat yang rajin, biar nanti tidak masuk neraka”, “jangan nangis nanti ibu belikan mainan”, dan sebagainya. Akibatnya, ketika anak tumbuh dewasa, ia menjadi seorang yang selalu pamrih, yang seringkali bertindak pragmatis, jangka pendek. Jika secara jangka pendek tidak menguntungkan, maka pekerjaan, bisnis atau hubungan apapun dengan orang lain sulit dilakukan.
Agar setiap pekerjaan dan bisnis dapat menjadi sumber motivasi jangka panjang dan bernilai ibadah, maka :
(1) Tentukan niat baik. Dengan niat yang benar dan niat baik, maka outputnya juga baik. Ingat prinsip garbage in garbage out. Niat harus spesifik, agar apa yang kita lakukan lebih fokus dan berdaya guna. Seperti kisah si Mbok yang membuka warung nasi dengan niat membantu tukang becak meperoleh makanan murah. Bandingkan bila niatnya terlalu umum seperti “berguna bagi nusa dan bangsa”, maka pengaruh pada perbuatan kita tidak begitu nyata. Bahkan kita akan bingung mau melakukan apa sehingga bisa berguna bagi nusa dan bangsa.
(2) Prinsip utama adalah khairunnaas, anfauhum linnaas (sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain). Dengan menggunakan prinsip ini, kita akan selalu berusaha agar apapun yang kita kerjakan selalu bermanfaat di dunia ini. Ukurannya tidak selalu materi (uang), karena uang pasti mengejar orang-orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Berikut ini contoh niat baik yang spesifik.
(1) Penulis : memberikan pencerahan dan memotivasi orang untuk sukses.
(2) Pegawai Negeri Sipil : melayani masyarakat sebaik-baiknya, agar bisnis dan pekerjaannya lancar.
(3) Arsitektur : membuat gedung yang indah dan nyaman, agar penghuninya senang dan kerasan.
(4) Pegawai Bank Syariah : melayani nasabah agar kegiatan investasi dan bisnisnya lancar.
(5) Pengusaha : membantu orang mendapatkan pekerjaan dan penghasilan layak, mempekerjakan orang cacat, agar bisa hidup berguna.
(6) Sales mobil : membantu orang mendapatkan mobil untuk kegiatan yang berguna.
(7) Bisnis restoran : mempermudah masyarakat mendapatkan makanan lezat dan bergizi agar hidup sehat.
(8) Sopir angkot : melayani penumpang agar sampai di kantor tepat waktu sehingga bisa bekerja dengan baik.
(9) Bisnis kemitraan dengan petani : membantu meningkatkan penghasilan petani, mengangkat derajat petani agar tidak miskin.
(10) Dokter : mengobati orang agar hidupnya lebih baik dan bahagia, menyediakan kesehatan murah bagi masyarakat miskin.
(11) Wartawan : menyediakan informasi baik dan bermutu sesuai bidang kewartawanannya, sehingga bermanfaat bagi masyarakat.
(12) Investor : membantu orang tidak punya modal, sehingga dapat berbisnis dan mendapatkan penghasilan.
(13) Polisi, TNI, satpam : membuat masyarakat aman, sehingga tenang bekerja. Melindungi masyarakat dari kejahatan.
(14) Montir mobil : menjaga keselamatan pengendara motor dengan memperbaiki motor yang rusak.

Bertaqwa

Firman Allah : “……..barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya (rejeki) dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (Ath Thalaaq : 2-3)
Betapa banyak orang sering melakukan ritual agama tetapi tidak sepenuh hati. Contoh, banyak orang shalat, jasadnya berada di dalam masjid namun pikirannya terbang kemana-mana, mengingat urusan dunia. Maka tidak heran bila selesai shalat, pulang membawa sandal orang lain. Setelah shalat korupsi jalan terus. Setelah shalat maksiat jalan terus ! Innash shalaata tanhaa ‘anil fahsyaa’I wal munkar, shalat mencegah perbuatan keji dan munkar, tidak berlaku bagi orang-orang yang tidak khusyu’ dalam shalatnya. Bahkan orang yang shalat demikian itu termasuk orang celaka.
“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”. (Al Maa’uun : 4-5)
Bertaqwa seharusnya menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah, dimanapun dan kapanpun. Bertaqwa tidak hanya di masjid, tetapi juga ditempat kerja, ditempat bisnis, di hotel sekalipun. Dilihat orang atau tidak, tetap saja tidak melanggar ketentuan Allah.

Bertaubat

Taubat adalah menyesali segala perbuatan salah (dosa) yang pernah dilakukan kepada Allah, kemudian memohon ampunan-Nya serta berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan salah (dosa). Kemudian memperbanyak mengucap astaghfirullah. Agar taubat bisa berpengaruh atau bahasa gaulnya ngefek pada kehidupan, maka harus dilakukan dengan cara (1) tulus ikhlas hanya mengharap ridlo Allah bukan dengan motf-motif lain, (2) langsung menghentikan perbuatan dosa (salah), (3) niat tulus dan kuat untuk tidak mengulangi kembali, (4) merasa sangat menyesal dan merasa sangat berdosa, (5) memohon ampunan baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan, (6) jika perbuatan dosa dilakukan karena menyinggung atau menyakiti orang lain harus meminta maaf kepada orang tersebut. Kalau mengambil barangnya, kembalikan. Kalau memfitnah, kembalikan nama baiknya dan sebagainya. Pokoknya, ikuti perbuatan taubat dengan perbuatan baik.
Allah berfirman : “Maka aku katakan kepada mereka : ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun serta mengadakan (pula didalamnya ) untukmu sungai-sungai”. (Nuh : 10 m- 12)
“Barangsipa senantiasa memohon ampun, Allah akan membuatkan untuknya, untuk setiap duka cita sebuah kebahagiaan dan untuk setiap situasi yang sulit sebuah jalan keluar, dan Dia akan menambahnya dengan makanan dari tempat yang tiada ia sangka-sangka datangnya”. (Abu Daud, Ahmad).
Apa yang disampaikan Allah dalam Al Qur’an adalah janji yang pasti ditepati. Meski demikian kita mencoba memberikan uraian berikut : hakikat taubat adalah menyadari kesalahan. Dengan menyadari kesalahan dan kembali pada kebenaran (Allah), orang akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan menggantikan dengan perbuatan lebih baik. Bila langkah ini juga diimplementasikan pada seluruh aspek kehidupan seperti bekerja di kantor, hasilnya adalah profesionalisme. Bila berbisnis hasilnya adalah kesuksesan karena ada proses pembelajaran terus menerus. Selain itu, kita bisa menyaksikan orang-orang yang memiliki masa lalu kurang baik dan dengan pertobatannya mereka menjadi hidup lebih baik dan berkecukupan.(Wallahu a’lam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar